Lihat ke Halaman Asli

[Review] The Dark Knight Rises: Kekecewaan & Senyuman

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu adegan The Dark Knight Rises (sumber: pajiba.com)

Review The Dark Knight Rises (TDKR) dari saya akan menampilkan beberapa spoiler. Jadi silahkan bookmark/save halaman ini untuk dibaca lain kali jika tidak ingin mendapat bocoran sebelum nonton. [caption id="" align="aligncenter" width="550" caption="Salah satu adegan The Dark Knight Rises (sumber: pajiba.com)"][/caption] Christopher Nolan adalah sutradara yang gemar mengeksploitasi psikologi manusia dalam filmnya. Dan Batman pun tidak luput dari siksaan kejiwaan yang sama di TDKR : dimusuhi warga kota, dibuat miskin,  ditinggal pergi pelayan setianya, dan dibuat tak berkutik oleh musuhnya. Sebagai seri terakhir dari trilogi Batman, skenario TDKR terbilang cerdas karena mampu memberikan sesuatu yang lebih dari sekadar happy ending. Sesuai judul, sang kesatria kegelapan mampu bangkit dan diakui menjadi pahlawan. Batman di akhir film kini menjadi simbol perjuangan, harapan, dan keadilan kota Gotham; tanpa merusak nama Harvey Dent, “pahlawan” Gotham sebelumnya. Meski begitu ada beberapa kekecewaan dari film ini. Joker. Kita tahu Heath Ledger sudah meninggal dan sosok psikopat ini mustahil dibangkitkan kembali. Tapi tetap saja agak janggal melihat Gotham aman sentosa selama 8 tahun, bahkan sampai pada tahap ‘tidak lama lagi tugas polisi adalah menangkap warga yang terlambat mengembalikan buku ke perpustakaan’ mengingat di film sebelumnya Joker berhasil lolos dan sudah meraih kekuasaan di dunia bawah tanah kota Gotham. The Great War. Meski jumlahnya tidak banyak, tapi pasukan Bane adalah para tentara bayaran yang sukses meruntuhkan sebuah negara di Afrika. Bane terbiasa melakukan teror ala militer: menghancurkan perekonomian, mengisolir wilayah dengan cara menghancurkan jalur transportasi, dan membungkam para pemimpin sehingga warga tidak tahu harus berbuat apa. Makanya adegan peperangan polisi vs pasukan Bane adalah salah satu hal yang membuat saya kaget: bagaimana ceritanya polisi yang baru keluar dari dikubur di bawah tanah selama hampir 100 hari bisa menang melawan tentara revolusi + narapidana yang bersenjata lengkap. Mereka bahkan punya banyak batpod untuk melindas para polisi yang berbaris rapat sepanjang jalan. The League of Shadows. Ada dendam apa sebenarnya dojo ninja ini dengan kota Gotham? Bahkan setelah gagal menghancurkan kota ini di film pertama, kini anak dari Ra's al Ghul datang lagi meneruskan jejak ayahnya untuk membumihanguskan Gotham. Tentunya butuh alasan yang sungguh-sangat-amat-kuat-sekali-banget untuk membujuk para tentara bayaran bersedia tewas bareng-bareng dipanggang bom nuklir. Dan omong-omong bom nuklir, kenapa tidak langsung diledakkan? Toh warganya sudah bangkrut. Kenapa harus menunggu beberapa hari yang berarti memperbesar kesempatan Batman untuk menggagalkannya? The Bat Symbol. Berkobarnya logo Batman di salah satu jembatan Gotham adalah adegan tidak penting di film ini. Pertanyaannya: siapa yang iseng membuat itu? Bagaimana caranya? Jawaban terbaik adalah Batman yang membuat karena dia punya motif, alat & kendaraan terbang untuk membuatnya. Tapi, ada bom nuklir yang siap meledak di kota Gotham, sempat-sempatnya Batman membuat prakarya seperti itu. Tanpa adegan itu, maksud dari bangkitnya harapan kota Gotham terhadap sosok pahlawan saya rasa akan tetap ada. Toh semua polisi yang ikut berperang melihat Batman membantu mereka menghajar para penjahat dengan tangan kosong maupun helikopter tempurnya. -=-=-=- Tapi ajaibnya, bahkan dengan 4 kelemahan itu saya masih menganggap TDKR sebagai film yang keren. Berkali-kali film ini menegaskan tugas pahlawan adalah bukan untuk dihargai, tapi menjadi harapan dan penggerak untuk berani melawan. Oleh karena itu Batman memakai topeng, selain untuk melindungi keselamatan orang yang mereka cintai juga sebagai pengingat bahwa siapa pun bisa menjadi pahlawan. TDKR juga menyajikan adegan yang seru. Lalu Anne Hathaway berhasil menjadi ‘pemanis’ dalam film, jauh melampaui karakter 2 kekasih Bruce Wayne di film sebelumnya. Terakhir, The Dark Knight Rises menyajikan banyak twist. Mulai dari kisah anak Ra’s al Ghul, Bruce Wayne yang sukses mewujudkan mimpi Alfred, sampai pada penyebutan nama “Robin” yang sukses membuat satu bioskop terhenyak dan sumringah. The Dark Knight Rises adalah 2 jam 40 menit yang sangat keren untuk disaksikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline