Lihat ke Halaman Asli

Memusatkan Pada Perilaku Positif Upaya Mengurangi Perilaku Negatif Siswa

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Salah satu upaya memperbaiki sikap siswa adalah dengan memperkuat , sepertimemberi pujian, hadiah, kesempatan bahkan fasilitas. Ibu Sari adalah seorang guru muda, energik dan kreatif. Pada saat guru yang lain mengeluhkan kelakuan negatif Slamet di dalam kelas, bu Sari hanya tersenyum saja, karena Slamet tidak pernah mengganggu selama beliau melakukan kegiatan belajar di dalam kelas. Apa sebenarnya yang sudah dilakukan bu Sari terhadap Slamet?

Ternyata beliau fokus pada perilaku positif. Pada awalnya ada beberapa siswa protes pada sikap bu Sari, namun setelah beliau jelaskan tujuan sikapnya, teman-temannya bisa mengerti. Seperti hal siang kemarin.

Minggu kemarin ada tugas membuat mindmap materi IPA tentang Dampak Polusi Terhadap Kualitas Hidup Manusia. Teman-temanya mengumpulkan mindmap dengan penuh warna, namun lain halnya dengan Slamet.

“Bu, saya mengumpulkan tugas”

“Mengapa warnanya hanya satu warna dan monoton?”

“Ya … seperti inilah yang saya bisa. Saya tidak punya pewarna. Mengerjakan tugas dan mengumpulkannya sudah merupakan perjuangan tersendiri buat saya, terserah ibu mau meberi nilai berapa. Saya pasrah saja” Jawab Slamet seenaknya.

“Coba kamu amati pekerjaanmu, karyamu bagus, tulisanmu rapi, idemu sangat kreatif. Alangkah lebih baik jikadiberi warna, sehingga lebih mudah mempelajarinya”

“Khan saya sudah bilang, tidak punya pewarna”

“Bagaimana kalau dibalik, kemudian kamu buat lagi dan ini spidol berwarna bisa kamu manfaatkan sesuai imaginasimu”

“Baiklah bu”

Selama ini Slamet terkenal sebagai pengacau selama kegiatan KBM, hampir pada semua bidang studi. Padahal jika dia mau, sebenarnya Slamet anak yang cerdas, kreatif dan inovatif. Dari hasil penelitian yang dilakukan bu Sari, Slamet termasuk korban perilaku otoriter orangtua sehingga di sekolah dia selalu mencari-cari perhatian guru dengan perilaku negatif.

“Lihat bu, ternyata saya bisa. Bagus ya bu?. Tidak kalah sama hasil karya Agus” kata Slamet sambil memperlihatkan hasil karyanya pada bu Sari.

Bu Sari hanya tersenyum dan mengacungkan jempol tanda setuju.

“Terima kasih bu, telah memberi fasilitas dankepercayaan pada saya”

“Sama-sama. Ibu juga bangga padamu”

“Hu … maunya!!!” protes teman-temannya.

“Maaf teman-teman silahkan berkarya bagi yang belum selesai. Jangan mau kalah sama saya. Benar khan bu?”

“Ya … ya. Benar yang dikatakan Slamet”

Hari itu juga Slamet berani mempresentasikan hasil karyanya dengan penuh percaya diri. Mind map memudahkan Slamet menjelaskan tentang Dampak Polusi Terhadap Kualitas Hidup Manusia. Mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, sederhana dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita. Dikembangkan pertama kali oleh Tony Busan seorang Psikolog dari Inggris.

Mengamati perilakupositif memang tidak mudah memerlukan kerja keras guru. Perilakuyang menyimpang/negatif mudah diketahui. Sebaliknya, perilaku positif sering terabaikan. Seperti juga yang salah mudah terlihat, sedangkan yang benar tidak terlihat.

Pada kasus Slamet, selama ini semua guru-guru selalu melihat perilaku negatif sedangkan bu Sari lebih fokus pada perilaku positif dan ternyata ada hasilnya. Sekarang Slamet banyak berubah memiliki keinginan untuk bisa dan mulai mengurangi perilaku negatif di dalam kelas. Kegiatan Belajar Mengajar menjadi lancar dan terkendali tanpa gangguan Slamet lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline