Lihat ke Halaman Asli

Materi Tak Berujung

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota kelahiranku, Karawang namanya. Dahulu dikenal Karawang kota padi, kini dikenal karawang kota industri. Lebih dari 100 perusahaan nangkring dikota ini, dari pemilik lokal hingga interlokal. Punya Indonesia, Korea, Jepang, China, dan lainnya. Menampung hampir 80 persen angkatan kerja karawang, generasi muda, mayoritas lulusan SMA.

Rutinitas harian. Pagi hari berangkat kerja, masuk pukul 07.00 wib pulang pukul 15.00 wib atau bergeser satu jam, masuk pukul 08.00 wib pulang pukul 16.00 wib. kebanyakan lembur hingga pukul 20.00 wib. Begitulah menyambung hari, entah sampai kapan? aktifitas monoton, menumpulkan kreatifitas. kadang terlihat jengah.

Pindah dari perusahaan yang satu ke perusahaan yang lain. supaya dapat tambahan gaji, ujar kawanku.

Mengejar materi yang tak berujung, begitu melelahkan. Hukum ekonomi bilang: "kepuasaan dan kebutuhan manusia itu tak terbatas sedangkan alat pemenuhannya terbatas". Bahkan jika punya uang 1 karung beras pun sepertinya masih belum cukup, bagi mereka yang belum sadar bersyukur.

Alasan capek dan sibuk, sholat dilaksanakan pada waktu sisa, waktu senggang. begitu malu pada-Nya...  padahal waktu milik-Nya, yang Maha Pemberi Rizki, yang memberi kesehatan. Ingin disegerakan rizki, tapi tak menyegerakan perintah-Nya. Astagfirulloh...

Alloh-lah yang menjadikan malam untukmu agar kamu beristirahat padanya; (dan menjadikannya) siang terang-benderang. Sungguh Alloh benar-benar memiliki karunia yang dilimpahkan kepada manusia, tapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. (QS. Al-Gafir ayat 61)



-introspeksi, teruntuk diri




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline