Catatan: Bahan "renungan" buat penulis Fiksi di Kompasiana
Kita semua sedang belajar, sah-sah saja di saat kita menuliskan karya Puisi dan Prosa meniru gaya orang lain sehingga membuat kita terinspirasi untuk menuliskan sebuah karya yang serupa. Asalkan tidak menjadikan kita terjebak dalam ranah plagiasi.
Jadilah diri sendiri dalam menuliskan Puisi dan Prosa. Sejelek apapun tulisan kita asal itu karya orisinil, ide orisinil dan dituliskan dengan jujur jauh lebih baik dibandingkan dengan karya-karya yang bukan lahir dari ide dan pengalaman dan kekayaan bathin penulisnya.
Tak ada prosa yang buruk. Tak ada puisi yang jelek. Semua prosa baik. Semua puisi baik. Serahkan kepada pembaca untuk menilainya dan biarkan pula pembaca yang mengkritisinya.
Saya sangat percaya bahwa jika karya Puisi maupun Prosa telah menyatu dengan jiwa Kompasianer maka dalam suatu masa Kompasiana akan melahirkan sastrawan dan sastrawati yang membumi, menusantara bahkan mendunia.
Ayo KOMPASIANER! Buatlah PUISI dan PROSA yang berkelas serta memiliki nilai kesusasteraan yang tinggi. Tidak usah pedulikan dengan persoalan Headline yang bisa saja menghambat proses kreatifitas kita dalam berkarya. Tak ada salahnya jikakita manfaatkan momentum ini dengan sebaik-baiknya.
Semoga Kompasianer-kompasianer penulis karya Prosa dan Puisi selamat sampai tujuan dalam melakoni pengembaraan yang kontemplatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H