Lihat ke Halaman Asli

Pilih Ibu atau Kuliah

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sering saya mendengar, siswa kelas XII mengeluhkan system belajar mereka. Mereka cukup sibuk belajar karena ingin menghadapi Ujian Nasional (UN). Tetapi saat UN berlalu, tak sedikit adik- adik kita yang merasakan tenang. Mengapa demikian, karena mereka justru membingungkan kelanjutan study mereka. Tidak sedikit diantara adi       k- adik kita yang memiliki minat, bakat, kompetensi, dan cita- cita yang tinggi. Banyak sekali adik- adik kita yang ingin melanjutkan study ke perguruan tinggi. Remaja zaman sekarang sangat paham akan pendidikan, melek iptek, haus ilmu, mereka semua ingin menjadi orang- orang yang sukses di masa depannya.

Tetapi,…????? Sering sekali saya mendengar remaja sekarang yang mengeluhkan opini orang tuanya terutama IBU yang kurang melek pendidikan. Ibu yang belum menerima perkembangan zaman modern seperti sekarang sangat sulit untuk diajak berdiskusi mengenai pentingnya pendidikan pada zaman serba IPTEKS sekarang ini. Ada saja ibu yang melarang anak putrinya untuk melanjutkan kuliah mereka dengan alasan setiap wanita tidak perlu sekolah tinggi- tinggi karena pada dasarnya akan menjadi pengurus rumah tangga yang tidak jauh dari 3S (kasur, dapur, sumur) tau juga Buat apa sekolah tinggi- tinggi kalau ayahmu saja lulusan SD bisa menafkahi keluarga.walaupun sekolahmu tinggi bila Allah belum menghendaki kamu menjadi orang yang sukses maka tak akan ada kesuksesan dalam dirimu. Ada juga ibu yang terlalu sering memikirkan pembiayaan yang sangat besar bila anaknya meneruskan sekolahnya hingga ke perguruan tinggi. Ada juga ibu yang menghawatirkan pergaulan anaknya yang terjun ke dalam pergaulan bebas bila anaknya dikuliahkan. Ada juga ibu yang menghawatirkan biaya hidup anaknya bila anaknya ingin melanjutkan sekolah di perguruan tinggi di kola lain.

Dan saya sendiri merasakan penolakan dari ibu yang sangat besar saat dulu saya meminta izin untuk melanjutkan study ke universitas di luar kota. Ibuku beralasan bahwa ibu saya tidak mau jauh dari saya. Ibu saya yang sudah berumur mulai sangat membutuhkan tenaga saya dalam mengerjakan pekerjaan rumah, dan teman ngobrolnya dirumah. Mungkin karena saya anak pertama, yang sangat dekat dengan keluarga dibandingkan dengan adik saya. Saat itulah saya merasa sangat stress karena ibu tidak setuju dengan keputusan saya sekolah di luar kota. Padahal niat saya sangat disetujui oleh ayah saya dan sebelum saya meminta izin kepada orang tua saya, sayapun sudah mendaftar ke perguruan tinggi negri di luar kota tanpa sepengetahuan orang tua saya lewat jalur undangan melalui bantuan guru konseling. Tapi saat saya mendapatkan info deterima, saya malah ditangisi oleh ibu saya karena ibu saya tidak mau ditinggal pergi oleh saya.walaupun konteksnya untuk kuliah demi mewujudkan cita- cita saya sendiri untuk kebahagiaan orang tua saya juga kedepannya. Akhirnya ayahpun mengambil jalan tengah dengan menguliahkan saya di universitas dalam kota.

Saya sangat menyayangkan akan pola pikir orang tua yang mengesampingkan pendidikan di zaman modern sekarang ini. Tetapi sulit untuk dibantah, karena saat orang tua kita kecil tidak banyak dari mereka yang mengenyam pendidikan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline