Simpang siur digelar atau tidaknya tradisi Grebeg Syawal di kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah, tadi pagi terjawab sudah. Keluarga Keraton Kanoman tetap melaksanakan tradisi tahunan itu dengan memperhatikan protokol normal baru.
Grebeg Syawal sebenarnya tradisi keluarga keraton melakukan ziarah kubur ke para leluhur/pendiri Cirebon. Rombongan keluaraga keraton di kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah melakukan tahlil (memanjatkan doa).
Tradisi itu dilakukan setelah menyelesaikan enam hari puasa di Bulan Syawal, yang waktunya dihitung langsung setelah merayakan Idul Fitri. Namun di kalangan masyarakat cirebon, Grebeg Syawal diidentikan dengan merayakan Lebaran Kupat (Ketupat).
Pada tahun ini, sampai satu hari menjelang pelaksanaan, belum ada kepastian apakah tradisi Grebeg Syawal digelar. Itu terkait dengan masa pandemi covid-19 yang belum mereda. Namun tadi pagi, pihak Keraton Kanoman memutuskan tetap melakukan ziarah, dengan memperhatikan protokol norma baru.
Semua keluarga Keraton Kanoman yang berziarah ke kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah mengenakan masker. Selain itu, pada tahun ini acara Grebeg Syawal dimanfaatkan untuk mengusir (tolak bala) virus corona.
Suasana berbeda lainnya di tahun ini, masyarakat yang ikut menghadiri tradisi Grebeg Syawal tidak terlalu banyak. Biasanya masyarakat tumpah ruah tidak hanya memenuhi kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah, tapi juga meluber ke Jalan Raya Cirebon-Indramayu. Tiap ada Grebeg Syawal, lokasi itu sering macet.
Satu pembeda lainnya di tradisi Grebeg Syawal tahun ini, yakni acara saweran yang dilakukan keluarga keraton, dengan melemperkan uang koin diubah menjadi membagi-bagikan masker kepada masyarakat. Diharapkan dengan pembagian masker itu jadi lebih bermanfaat dengan kondisi sekarang ini.
Informasi yang disarikan dari keterangan resmi Keraton Kanoman, menyebutkan, Grebeg Syawal tidak hanya sekadar ritual ziarah dan silaturahmi antara keluarga Kesultanan Kanoman dengan seluruh lapisan masyarakat saja. Tahun ini Grebeg Syawal bisa menjadi satu media ritual tolak bala pengusir wabah.
Apalagi dalam Grebeg Syawal terdapat pembacaan doa-doa tolak bala seperti surat al-Mu'awwidzatain (al-Falak & an-Nas) dalam setiap rangkaian tahlil di pesarean raja-raja Cirebon.
Juru Bicara Kesultanan Kanomanan Cirebon Raja Ratu Arimbi mengatakan, Grebeg Syawal merupakan tradisi yang menjadi prosesi ritual Kesultanan Kanoman Cirebon sejak beberapa abad lalu. Untuk tahun ini Grebeg Syawal merupakan komitmen keluarga keraton pada tradisi leluhur dan upaya spiritual doa dalam mengusir wabah Covid 19 tanpa ada maksud melawan imbauan pemerintah.