Lihat ke Halaman Asli

Anwar Effendi

Mencari ujung langit

Perlahan di Jalan Pintas, Terserang Kantuk Sampai Juga di Jembatan Siak

Diperbarui: 28 Mei 2020   04:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jembatan Siak menjelang malam hari. (foto: dok. pribadi)

Saat dapat tugas kerja ke Kota Pekanbaru ada rasa penasaran ingin berkunjung ke wilayah Siak. Rasa keingintahuan ke wilayah Siak, didorong juga oleh informasi di sana ada Jembatan Siak Sri Indrapura atau Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah.

Kalau bicara jembatan, saya sempat teringat waktu berada di Samarinda dan penasaran dengan Jembatan Kutai Kartanegara. Setelah mendatangi wilayah Tenggarong, akhirnya saya bisa melihat dari dekat keindahan Jembatan Kutai Kartanegara.

Nah, waktu berada di Kota Pekanbaru, saya tidak mau membuang-buang kesempatan untuk cari informasi kunjungan ke wilayah Siak. Kebetulan ada rekan yang sudah lama menetap di Pekanbaru bernama Agus Suroso. Dari keterangan dia, perjalanan darat dari Pekanbaru ke Siak bisa memakan waktu empat jam. Waduh, pikir saya, itu sama saja perjalanan dari Bandung menuju Cirebon.

Tapi untuk mengobati rasa penasaran itu, saya tetap harus melakukannya walau perjalanan cukup lama. Kalau dihitung, pergi pulang artinya membutuhkan waktu 8 jam. Biar aman, dicarilah tempat penyewaan (rental) mobil. Dapatlah saya mobil rental sekaligus pengemudinya yang bernama Muhammad Irfan.

Irfan pun membenarkan kalau dari Pekanbaru ke Siak membutuhkan waktu sekira 4 jam. Perjalanan dimulai dari Pekanbaru kota menuju kawawan Rumbai. Di perjalanan Irfan memberi tahu, untuk mempersingkat waktu lebih baik menggunakan "jalan pintas" memasuki kompleks Chevron. Menurut Irfan, asal saya menunjukan surat tugas, maka akan dipermudah memasuki jalan pintas tersebut.

Dua menara ikon Jembatan Siak. (foto: dok. pribadi)

Betul saja waktu saya menyodorkan surat tugas, penjaga di jalan pintas milik Chevron menyambut dengan ramah. Jalan milik Chevron itu sangat mulus dan cenderung sepi. Saat mobil yang saya tumpangi melintas jalan itu, jarang sekali berpapasan dengan kendaraan lain dari arah berlawanan. Demikian juga yang searah, tidak terlihat kendaraan di depan atau di belakang.

Anehnya, walau sepi Irfan sama sekali tidak memacu kendaraan dengan kecepatan yang lebih tinggi lagi. Dia justru cenderung santai dan kecepatannya tidak berubah. Lantas saya menyindir Irfan "Ini mobil tidak ada remnya ya?".

Irfan yang disindir malah ketawa-ketawa. Menurut dia, bukannya tidak bisa ngebut. Namun kalau melintasi jalan kompleks Chevron ada aturan khusus yang ketat. Kecepatan kendaraan harus standar 60 km/jam. Kalau melebihi kententuan tersebut maka akan ditindak. Kendaraan akan disuruh balik lagi ke pintu awal.

Weleh-weleh menakutkan juga aturannya. Ternyata benar, di pintu keluar ada pemeriksaan lagi. Rupanya waktu di pintu masuk sudah ada catatan waktu. Ketika hendak keluar, catatan waktu itu diserahkan ke petugas jaga dan diperiksa.

Untuk menempuh perjalan sejauh 70 km waktunya harus pas 30 menit, tidak boleh kurang. Kalau tercatat 25 menit, maka kendaraan yang bersangkutan disuruh balik lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline