Lihat ke Halaman Asli

Anwar Effendi

Mencari ujung langit

(Fiksi Ramadan) Jumadi Tak Mengharapkan Hilal

Diperbarui: 23 Mei 2020   15:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi hilal. (bmkg.go.id)

Hilal telah tampak, begitu informasi yang didengar Jumadi, mantanpekerja di pabrik garmen. Namun, seolah tak berarti apa-apa, kabar yang harus disambut gembira itu, ditanggapi dingin saja oleh Jumadi.

Raut mukanya masih dirundung banyak pikiran. Bahkan, Jumadi kalau boleh meminta kepada yang Maha Kuasa, hilal itu jangan ditampakan dulu. Jumadi tidak terlalu berharap hilal datang dengan cepat. Kedatangan hilal, bagi dia hanya menambah persoalan.

"Mengapa hilal sudah muncul lagi," gumam Jumadi dalam hati.

Sebenarnya Jumadi tahu persis apa arti kemunculan hilal setelah dirinya tuntas menunaikan 30 hari ibadah puasa di Bulan Ramadan. Dengan terlihatnya hilal, kaum muslim bisa menyambut hari kemenangan. Bergembira di Hari Raya Idul Fitri. Merayakan kesucian di Hari Lebaran.

Namun, tahun ini, Jumadi bingung, bagaimana cara merayakan kemenangan. Dengan apa dia harus menyambut kegembiraan. Dia makin terpojok dengan keadaan. Jumadi berpikir keras, mulai dari mana akan memberi pejelasan, kepada keluarga dan sanak saudara.

Biasanya, sebelum hilal datang, Jumadi sudah membekali anak istrinya dengan baju baru. Memberikan uang dapur, agar istrinya membuat masakan istimewa di hari kemenangan.

Tak lupa juga, Jumadi mengirimkan uang jajan kepada sanak saudaranya di kampung halaman. Selama ini Jumadi dianggap sebagai orang yang bisa diharapkan. Tapi kini, kondisi Jumadi sendiri dalam keadaan terpuruk. Mungkinkan anak istrinya mau mengerti. Atau sanak saudaranya di kampung halaman mau memahami.

**

"Ah, hilal mengapa begitu cepat datang," kembali Jumadi mengeluh dalam kesendirian.

Jumadi membayangkan wajah istrinya dan ketiga anaknya. Masih teringat betul, satu persatu wajah mereka menampakkan keceriaan saat menyambut Idul Fitri tahun lalu. Sebelum-sebelumnya, bagi keluarga Jumadi, Idul Fitri memang identik dengan baju baru.

Jumadi kini dalam kebingungan. Setelah dirumahkan oleh manajemen pabrik garmen tempatnya bekerja, Jumadi berada pada kondisi ketidakberdayaan. Bukannya dia tidak berusaha. Kesana kemari dia mencari kerja. Tapi tetap pulang dengan tangan hampa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline