Lihat ke Halaman Asli

Anwar Effendi

Mencari ujung langit

Tagar Indonesia Terserah, Klimaks dari Rasa Kecewa Tenaga Medis

Diperbarui: 20 Mei 2020   17:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tagar IndonesiaTerserah. (Twitter @itsmeeyd via grid.id)

Terserah itu konotasinya menyerah. Tidak ada pilihan lain. Tak berdaya pada kondisi yang ada. Apa yang akan terjadi tidak dipedulikan lagi. Tergantung apa pun hasilnya tanpa bisa menolak.

Jika kemudian tagar IndonesiaTerserah jadi populer, mungkin sudah ada bentuk ketidakberdayaan dalam menghadapi kondisi yang terjadi. Bisa jadi juga tagar IndonesiaTerserah bukan sekadar kekecewaan. Tapi sudah mengarah pada rasa frustrasi.

Sebenarnya, dalam kondisi pandemi covid-19 yang belum berkesudahan, banyak masyarakat yang dibuat frustrasi. Tapi wajar-wajar saja jika kemudian para tenaga medis di Indonesia mempopulerkan tagar IndonesiaTerserah.

Mereka merupakan pihak yang berhadapan langsung dalam penanganan wabah virus corona. Garda terdepan dalam mengurus pasien covid-19. Terkuras fisiknya, pasti iya. Terganggu psikisnya, itu tidak bisa dibantah lagi.

Sudah lelah bekerja dalam tugas mulia, nyawa pun jadi taruhannya. Tragisnya ketika mereka ada pada posisi sebagai korban, karena terpapar pasien yang tidak jujur, bukannya penghargaan yang diterima, justru masyarakat berusaha menyingkirkannya.

Ada kasus, tenaga medis yang meninggal karena virus corona, jenazahnya mendapat penolakan warga. Hal-hal seperti itu, jelas saja makin membuat kecewa tenaga medis, seolah apa yang dilakukannya selama ini tidak ada gunanya.

Padahal tenaga medis sudah melakukan pengorbanan yang luar biasa. Dalam penanganan pasien virus corona, sudah banyak tenaga medis yang tidak bisa bertemu keluarganya. Mereka diisolasi khusus. Sepulang bekerja, tidak bisa pulang ke rumah. Mereka ditempatkan di hotel-hotel, untuk menjamin kondisi steril.

Lantas jangan dipandang punya hak istimewa jika para tenaga medis itu ditempatkan di kamar-kamar hotel. Secara kehidupan sosial, mereka justru terpojokan. Sulit untuk melakukan interaksi bermasyarakat. Secara tidak langsung mereka terpenjarakan oleh rutinitas penanganan covid-19.

Turut menjadi korban

Di sisi lain, ada pasien pengidap virus corona justru tidak jujur memberikan riwayat kesehatannya. Tak heran jika ada beberapa tenaga medis yang akhirnya turut menjadi korban. Mereka bukannya melanggar prosedur kesehatan, tapi lebih karena "kejahatan" pasien covid-19.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline