Lihat ke Halaman Asli

Anwar Effendi

Mencari ujung langit

Kurangi Hobi Menyemir Ban

Diperbarui: 19 April 2020   11:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cek keausan ban sepeda motor via Tread Wear Indicator (TWI). (foto: dok. PT DAM)

Ada kebiasaan latah pemilik motor, kalau habis mencuci, dibarengi dengan memberikan cairan pengkilap (semir) untuk ban. Kalau sering dicuci, berarti sering juga bannya disemir. Nah, tanpa disadari, kebiasaan itu sebenarnya justru mempercepat kerusakan ban.

Seorang teknisi motor, Ade Rohman menyebutkan, pemakaian cairan pengkilap terhadap ban motor sebaiknya jangan terlalu sering. Ada efek negatif, yakni ban jadi cepat keras. Ketika ban mengeras dan sering dipakai berkendara makan akan menimbulkan retak-retak. Artinya kerusakan ban akan cepat terjadi.

Sebenarnya setiap produk ban, sudah ditanamkan bahan pengawet agar ban bisa berusia lama. Ketika ban tersebut sering diolesi cairan pengkilap, maka bahan pengawet justru akan tertarik keluar. Konsekuensinya, ban tanpa pengawet jadi rentan kerusakan.

"Yang selama ini terjadi, pemilik motor senang-senang saja ketika bannya disemir. Habis dicuci, disemir terlihat mengkilap. Sebenarnya boleh saja disemir, tapi frekuensinya jangan terlalu sering," ucap Ade.

Selain menghindari terlalu sering memberikan cairan pengkilap, hal lain yang perlu diperhatikan pemilik motor, yakni tekanan angin. Kelihatannya memang sepele tapi hal itu tetap berpengaruh. Bukan hanya pada kenyamanan/keselamatan pengendara, tapi juga pada umur ban. Upayakan tekanan angin ban sesuai dengan standar.

Pemilik motor juga perlu memperhatikan usia motor yang dipakai. Kalau sudah berumur 4 tahun atau mencapai 40.000 kilometer, lebih baik diganti. Atau bisa juga lihat bagaimana kondisi kembang yang ada pada ban. Walau ban belum berusia 4 tahun, tapi kembangnya sudah menipis segera diganti dengan yang baru.

Saat penggantian ban baru, pemilik motor harus ikut mengawasi. Apalagi pemasangan ban baru dilakukan di bengkel-bengkel pinggir jalan. Ada petugas bengkel yang asal pasang ban saja biar cepat. Pemasangan ban yang benar harus sesuai arah rotasi. Jika pemasangan ban berlawanan dengan tanda arah rotasi, sudah bisa dipastikan ban jadi cepat aus.

"Kesalahan fatal lainnya, yakni penggunaan ban yang terbalik. Jangan sampai ban depan dipasang untuk roda belakang, pun sebaliknya. Hal itu akan berpengaruh terhadap handling atau kenyamanan juga keamanan atau keselamatan pada saat berkendara," ucap Ade.(Anwar Effendi)***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline