Sudah jatuh, tertimpa genteng pula. Jangan sampai ya. Itu cuma menggambarkan nasib yang kini dialami sejumlah buruh di pabrik genteng Majalengka.
Sebelumnya, kondisi sejumlah pabrik genteng di Majalengka sudah kalang kabut. Produksi genteng asal Majalengka yang dulu sangat terkenal, belakangan mulai tersisihkan oleh jenis genteng beton dan yang terbaru genteng jenis alumnium.
Sebenarnya genteng Majalengka yang terbuat dari tanah liat punya kelebihan. Kalau dipakai sebagai penutup atap rumah, memberikan hawa sejuk. Sementara genteng beton kadang rumah jadi terasa panas. Demikian juga penutup atap rumah yang menggunakan alumnium, kalau hujan terasa berisik.
Akibat terus terdesak, kehadiran genteng beton dan alumunium, sejumlah pabrik genteng di Jatiwangi, Majalengka akhirnya mengurangi produksi.
Hal itu berimbas pada keberadaan buruh. Banyak pabrik genteng yang mengambil keputusan merumahkan buruh, atau menerapkan gilir kerja.
Belum selesai masalah itu, kini dihantam badai baru berupa mewabahnya virus corona. Proyek pembangunan yang banyak terhenti, berdampak pada berkurangnya pesanan genten Majalengka. Produksi genteng pun akhirnya banyak yang menumpuk di gudang.
"Sudah dua minggu menganggur di rumah. Pabrik tempat saya bekerja stop produksi. Pabrik di tempat lainnya juga sama, soalnya teman saya sudah lama tidak berangkat kerja. Sebagian besar pabrik memberhentikan buruh untuk sementara waktu ini," ujar Hasan, warga Burujul.
Menurut Hasan, sebelum dirinya dirumahkan total, sempat mengikuti aturan kerja bergiliran. Artinya sehari dia bekerja, besoknya teman yang masuk ke pabrik. Seterusnya begitu. Itu juga sangat berat, karena upah jadi berkurang setengahnya. Sekarang malah tidak dapat upah sama sekali.
Pesanan berkurang
Hal yang sama dialami buruh lainnya, Tata. Pabrik tempatnya bekerja, sekarang tidak produksi secara rutin. Kalau ada pesanan, pemilik baru memanggil buruh untuk memproduksi genteng. Cuma sekarang ini, stok di gudang cukup banyak dan pesanan berkurang.
"Ya sama seperti teman-teman lain, saya juga sudah lama menganggur. Apalagi sekarang ada info virus corona, pemilik pabrik seperti punya alasan yang tepat untuk memberhentikan buruh. Mereka bilang, sekarang jangan bekerja dulu, tunggu situasi normal kembali. Beginlah nasib kami," ucap Tata bernada sendu.