Lihat ke Halaman Asli

Anwar Effendi

Mencari ujung langit

Kuncen Bisa Mengarahkan Uap Kawah Sesuai Gerakan Tangannya

Diperbarui: 31 Maret 2020   09:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengunjung serasa mandi sauna di Kawah Hujan. | dokpri

Aktivitas komunitas motor saat ini sangat terbatas. Sulit untuk kumpul-kumpul dan bepergian. Padahal sebelum ada kebijakan social distancing dan lockdown, ada saja agenda jalan-jalan ke tempat wisata tiap akhir pekan.

Beruntung sebelum adanya anjuran diam di rumah saja, anggota komunitas motor yang sebagian besar tinggal di Bandung sempat mewujudkan piknik ke Kawah Kamojang Garut. Jalur jalan yang dipilih, tidak melewati jalan nasional, tapi menggunakan jalur alternatif.

Ada maksud dengan menggunakan jalur alternatif. Pertama jika menggunakan jalur nasional, Cileunyi-Rancaekek-Garut-Samarang-Kamojang, selain sudah bosan juga sering terjadi kemacetan. Sementara kalau menggunakan jalur alternatif relatif sepi dan pasti lancar.

Alasan kedua, dengan menggunakan jalur alternatif, tiap peserta piknik bisa menikmati pemandangan alam yang indah. Kami memutuskan menggunakan jalur Bandung-Gedebage-Sapan-Jalan Babakan-Jalan Oma Anggawisastra-Jalan Patrol-Jalan Paseh-Ibun dan berakhir di Kamojang. Dengan melewati jalur tersebut, banyak menemui hamparan sawah dan suasana alam pedesaan.

Area Kamojang cukup dingin, namun di Kawah Hujan terasa hangat. | dokpri

Medan jalan mulai dari Jalan Raya Sapan sampai Majalaya Kabupaten Bandung relatif mendatar. Perjalanan mulai menanjak saat memasuki wilayah Ibun, yang merupakan perbatasan Kab. Bandung-Kab. Garut. Mendekati area wisata Kamojang, bagi yang belum hafal medan, siap-siap memasukan gigi satu mengingat jalan menanjak curam.

Ada juga area yang untuk beristirahat, tapi tidak terlalu luas untuk memarkirkan kendaraan yang mesinnya sudah panas. Biasanya, pengendara motor dari arah Bandung, memilih istirahat dulu di lokasi itu. Tidak perlu buru-buru, karena Kawah Kamojang yang dituju sudah dekat.

Persiapkan pakaian yang bisa menghangatkan tubuh. Cuaca di kawasan Kamojang Garut sangat dingin. Bagi yang alergi bau belerang, bisa menggunakan masker. Bau belerang sudah tercium menyengat, mendekati pintu masuk objek wisata Kawah Kamojang.

Pada pos penjagaan tiap pengunjung diminta membayar tiket masuk Rp 7.500,00. Jalan menuju ke lokasi utama, relatif kecil. Di beberapa titik ada yang tidak mulus. Sampai di lahan parkir, biasanya pengunjung disambut tetesan kabut. Menambah suasana dingin.

Percikan air dari uap Kawah Hujan dipercaya menyehatkan tubuh. | dokpri

Di lahan parkir tersedia fasilitas, toilet, mushola, dan warung-warung. Jadi sebelum berkunjung melihat sejumlah kawah, ada baiknya wisatawan mengisi perut. Harga makanan dan minuman di sana relatif tidak mahal.

Untuk berkunjung ke sejumlah kawah, biasanya wisatawan diantar seorang pemandu (kuncen). Dia menjelaskan nama-nama kawah yang ada di Kamojang berikut asal-usul penamaannya.

Seperti ada yang disebut Kawah Lokomotif. Bisa disebut demikian, karena dari kawah tersebut sering menimbulkan suara seperti bunyi lokomotif kereta uap. Demikian juga dengan penamaan Kawah Manuk (Burung). Kalau kita dengar secara seksama maka sering terdengar bunyi kicauan burung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline