Lihat ke Halaman Asli

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

Diperbarui: 24 Oktober 2022   02:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin 

AHMAD PELANI

CGP Angkatan 5 DKI Jakarta

 

Pada pembelajaran CGP kali ini di modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin menempatkan saya pada posisi tentang bagaimana dan apa yang harus saya putuskan ketika menjadi pemimpin terutama dilingkungan sekolah. Modul 3.1 ini seakan menjadi rambu-rambu bagi para pemangku kebijakan disebuah institusi pendidikan terutama dilingkungan sekolah dalam menentukan dan memutuskan suatu kebijakan yang disandarkan pada nilai-nilai kebajikan universal.

Sebagai suatu institusi moral, Sudah selayaknya sekolah menjadi lahan dan arena terutama bagi pemangku kebijakan ditempat tersebut untuk lebih mengedepankan praktik-praktik yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebajikan universal. Nilai-nilai yang dapat dimanifestasikan dalam pembuatan suatu kebijakan yang harus uh pertanggung jawaban. Disatu sisi, semangat among yang diajarkan dalam filosofi Ki Hadjar Dewantara menjadi salah satu sarana dalam mengaplikasikan nilai-nilai universal ini dalam membersamai diri baik itu ketika dengan para murid, maupun ketika bersama dengan teman sejawat dalam menentukan dan memutuskan suatu keputusan.

Kesadaran akan nilai dan peran diri sebagai guru penggerak menjadi pondasi bagi saya dalam menghadapi berbagai tantangan dan dialektika yang mungkin saja muncncerminkan suatu kebajikan universal, (2) keputusan tersebut diambil karena berpihak pada murid, dan (3) keputusan tersebut dapat dipertanggung jawabkan.

Terkait hal tersebut, sebagai calon guru penggerak, yang saya bayangkan saat menjadi pemimpin institusi pendidikan adalah bahwa nilai-nilai kebajikan universal menjadi mutlak didasarkan dalam memutuskan berbagai hal yang tentunya harus berdampak positif dan memiliki keberpihakan pada murid yang diputuskan dan dilakukan dengan pen

apat dijadikan suatu kekuatan dalam menghadapi permasalahan tersebut. Kolaborasi dan komunikasi tentunya menjadi sarana selanjutnya dengan memetakan berbagai permasalahan yang muncul dipermukaan melalui prakarsa perubahan B-A-G-J-A, dengan tetap menstabilkan sosial dan emosional diri, memilah dan memilih keputusan apa yang terbaik yang nantinya akan diputuskan.

Komunikasi yang penuh kemitraan dan saling men

ul dan menjadi dilema etika atau bahkan menjadi bujukan moral akibat lima kebutuhan dasar manusia, sehingga mengharuskan saya dapat membaca berbagai peluang dan strategi dalam menghadapi tantangan dan hambatan tersebut pada saat saya menetapkan suatu keputusan, dan yang saya akan lakukan adalah dengan selalu memandang bahwa setiap masalah yang muncul tentunya ada penyelesaian dan solusi, sehingga hal yang pertama saya perlu pertimbangkan adalah bahwa tantangan yang muncul pasti ada nilai positif yang d

diputuskan dengan selalu memandang pada tiga hal; (1) keputusan tersebut me

ghargai menjadi modal dasar dalam menyelesaikan suatu masalah, dan hal ini dapat dilakukan dengan kegiatan coaching. Suatu kegiatan yang dianggap tidak saja memberi peluang bagi teman sejawat untuk menunjukan nilai-nilai positif, namun juga memberikan kesempatan baginya untuk dapat mengaktualisasikan dirinya untuk mandiri dan berkembang tanpa harus kita minta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline