Lihat ke Halaman Asli

Pelangi Asa asterik

Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB University

Terkuak! Buzzer Twitter Gandeng Politik: Trik di Balik Kampanye yang Bikin Geger dan Tercengang!

Diperbarui: 17 Februari 2024   20:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Tirto.ID 

Era modern ini, apalagi sekarang sedang musim politik, dimana kehadiran buzzer telah menjadi fenomena yang semakin mencolok dalam dunia politik. Buzzer, atau para pengguna media sosial yang secara aktif berpartisipasi dalam menyebarkan informasi, pendapat, dan narasi politik, telah berhasil meraih perhatian masyarakat secara luas melalui berbagai platform digital. Fenomena ini mewakili pergeseran besar dalam cara politik dijalankan, di mana pengaruh dan kekuatan opini tidak hanya terpusat pada media tradisional, tetapi juga tersebar secara luas di ranah maya. 

Kehadiran buzzer semakin memperumit informasi, sehingga meruncingkan dilema di antara masyarakat. Apalagi dengan hadirnya media sosial, seperti Twitter, tentu tidak luput dari berbagai istilah yang kemudian muncul di media sosial seperti netizen, followers, influencer, hingga buzzer. Mereka tidak hanya membingungkan publik tentang siapa yang layak dipercaya, bahkan ketika memiliki sumber kredibel seperti media terpercaya juga masih membuat masyarakat kebingungan harus percaya kepada siapa. 

Meskipun pemerintah masih dianggap sebagai sumber yang dapat dipercaya, di era media sosial ini, asal-usul informasi menjadi semakin tidak jelas. Oleh karena itu, publik kini dihadapkan pada tantangan untuk mengambil keputusan sendiri tentang siapa yang benar-benar dapat dipercaya. Dalam ketidakpastian ini, kebanyakan orang mempercayai sesuatu melalui referensi yang sudah mereka miliki. 

Membongkar Peran Penting Buzzer Politik "Twitter"

Buzzer politik Twitter tidak hanya menciptakan tren, melainkan merajut benang-benang kompleks dalam perdebatan politik kontemporer. Dengan kekuatan yang mereka miliki, buzzer politik Twitter mampu membentuk opini, mempengaruhi keputusan politik, dan pada akhirnya, membentuk perjalanan arus politik di era digital ini. Hal ini membuat para politisi semakin bergantung pada jasa para buzzer untuk menyebarkan pesan kampanye mereka kepada dunia maya. 

Peran ini menjadi berbahaya jika dimanfaatkan untuk membentuk persepsi dan pandangan masyarakat akan kandidat politik tertentu, bahkan hingga membuat dan menyebarkan berita-berita hoax dan hate speech antar lawan politik yang kemudian akan menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat. Tetapi, walaupun pada awalnya buzzer dianggap sebagai alat yang efektif untuk meraih dukungan, peran buzzer politik menjadi semakin kontroversial karena dapat menimbulkan dampak negatif yang serius. Dampak dari aktivitas buzzer yang tidak bertanggung jawab ini dapat menciptakan ketegangan dan perpecahan di tengah masyarakat, merusak integritas proses demokrasi dan mengancam stabilitas sosial. 

Merujuk pada penelitian "Peran Buzzer Politik dalam Aktivitas Kampanye di Media Sosial Twitter" oleh Felicia, Riris Loisa (2018) memberikan landasan yang kuat untuk penelitian ini. Temuan terkait aktivitas retweet, narasi, dan hashtag harian menyoroti strategi yang efektif dalam menciptakan trending topik. Kecepatan dan jangkauan Twitter juga memungkinkan buzzer politik untuk menyebarkan informasi dalam hitungan detik, merespons peristiwa politik atau isu aktual secara real-time. Merujuk pada penelitian ini menjadi relevan karena memberikan kontribusi yang singkat dan terarah terhadap pemahaman dinamika buzzer politik dalam kampanye politik di media sosial Twitter. 

Melihat Aktivitas Buzzer Politik di Twitter 

Aktivitas buzzer politik tujuan utamanya fokus pada mengkampanyekan pasangan calon tertentu. Buzzer politik seperti buzzer profesional cenderung berperan secara pasif dalam menentukan pesan-pesan kampanye yang akan disampaikan melalui akun-akun Twitter milik mereka. Semua langkah dan aktivitas buzzer politik profesional diatur dan dikoordinasi oleh pihak tertentu, yang terhubung melalui grup Whatsapp sebagai saluran komunikasi utama. 

"Buzzer politik jarang bertatap muka dengan agensi yang memberikan pekerjaan. Di ranah politik, kerahasiaan menjadi tameng utama bagi buzzer dan klien untuk merasa aman dalam transaksi ini. Bukan hanya kerahasiaan, kekuatan para buzzer tentunya juga terletak pada strategi diskursus media sosial yang mereka lakukan. Para buzzer yang berkicau di Twitter memanfaatkan tagar-tagar unik yang bisa menarik warganet untuk mengirim kicauan dengan tagar yang sama agar dapat membentuk sebuah jaringan percakapan yang masuk dalam topik populer." (Rinaldi Camil dalam Muhtahhari, 2017, p. 209) 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline