Lihat ke Halaman Asli

Pejuang Muda FISIP

Mahasiwa FISIP UIN Walisongo 2019

Kopi Tumbuk, Produk Khas Sumba Tengah yang Berhasil Dibangkitkan oleh Pejuang Muda FISIP UIN Walisongo

Diperbarui: 27 April 2022   12:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Aprilia Hasna merupakan salah satu mahasiswa FISIP UIN Walisongo yang berhasil melewati rangkaian seleksi Program Pejuang Muda yang diinisiasi oleh Kementerian Sosial dan bekerjasama dengan Kementerian Agama serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Program tersebut berfokus pada penanganan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat serta penanganan masalah sosial di masyarakat, yang dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober hingga 20 Desember 2021 di Kabupaten Sumba Tengah (NTT).

Setelah melakukan analisis dan observasi potensi sumber daya alam serta sumber daya manusianya, April dan 7 anggota Tim Pejuang Muda Sumba Tengah lainnya merancang sebuah pemberdayaan masyarakat. Dengan judul kegiatan Pemberdayaan Kelompok Kopi Tumbuk, mereka membentuk sebuah kelompok terdiri dari 5 orang Ibu-ibu yang menerima bantuan PKH. Bersama Kelompok Kopi Tumbuk di Desa Wairasa tersebut, Tim Pejuang Muda Sumba Tengah melakukan pelatihan serta uji coba pembuatan kopi tumbuk, pengemasan, dan pemasaran.

April mengungkapkan alasan Tim Pejuang Muda Sumba Tengah mengambil tema tersebut ialah karena kopi di Sumba Tengah memiliki rasa yang khas dan unik, berbeda dengan kopi yang berasal dari Jawa atau kopi kemasan lainnya. Meminum kopi atau menyuguhkan kopi ke tamu juga merupakan sebuah budaya di Kabupaten Sumba Tengah. Sering kali saat Tim Pejuang Muda melakukan verval data di rumah warga lalu disuguhi dengan kopi sumba. Ketersediaan bahan kopi bukan merupakan bahan yang langka, kemudian trend mengenai produk olahan kopi sedang naik pada saat itu didukung dengan masa ketahanan kopi yang lama dapat memungkinkan untuk diekspor ke luar wilayah Kabupaten Sumba Tengah atau ke luar Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Dok. pribadi

Alasan lainnya adalah proses pembuatan menggunakan cara tradisional dan menggunakan cara modern dapat menghasilkan rasa kopi yang berbeda.

"Pembuatan kopi dengan cara disangrai menggunakan api kayu dan ditumbuk manual menghasilkan rasa yang lebih sedap dibandingkan pembuatan kopi yang disangrai menggunakan minyak gas/gas dan dihaluskan dengan mesin", ujar April.

Dok. pribadi

Pemberdayaan masyarakat dengan sasaran ibu-ibu PKH bertujuan untuk melatih jiwa berwirausaha dengan memanfaatkan potensi yang ada disekitarnya, melalui kegiatan berwirausaha diharapkan mampu membantu menambah pemasukan melalui hasil penjualan produk.

Melalui kegiatan pemberdayaan tersebut, Aprilia Hasna berhasil lulus KKN Mandiri Pengakuan setelah melakukan seminar hasil dan melengkapi persyaratan lainnya sesuai prosedur yang sudah ditetapkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Walisongo Semarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline