Lihat ke Halaman Asli

Peji Nopeles

Environmental Compliance Specialist

Pacu Jalur, Nasibmu Kini dan Nanti

Diperbarui: 4 Januari 2022   23:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Jika kita membandingkan dengan negara lain yang maju seperti Jepang, Korea Selatan, China maupun negara lainnya, mereka berpijak erat pada nilai-nilai tradisi dan kearifan lokal yang ada di daerahnya. 

Tujuh puluh enam (76) tahun sudah negara tercinta ini merdeka seperti ada yang mulai hilang seperti identitas bangsa yang majemuk. 

Identitas yang majemuk ini tentunya tidak terbatas pada ras, agama maupun bahasa tetapi juga buah pemikiran yang diciptakan manusia itu sendiri. 

Bangsa kita dahulu pernah berada pada titik yang memiliki peradaban yang tinggi, sebagaimana nenek moyang kita mampu membangun candi Borobudur yang begitu megah dan masih banyak lagi penciptaan dari intelektual manusia itu sendiri. Jika kita tidak mempertahankan nilai-nilai penting kearifan lokal yang ada, maka perlahan-lahan bahkan lambat laun akan hilang dimakan zaman.

Kalaulah kita tinjau sedikit makna penting dari kearifan lokal akan mencerminkan sebuah bentuk pengetahuan, pemahaman, keyakinan, atau wawasan serta adat istiadat, kebiasaan atau etika yang menuntun manusia untuk bersikap dan berperilaku dalam kehidupan. 

Kearifan ini merupakan bagian dari etika dan moralitas yang membantu manusia untuk menjawab pertanyaan moral apa yang harus dilakukan, bagaimana harus bertindak. 

Kita yang berada di Riau daratan ini, tentulah sebagian besar masyarakatnya berada di daerah pesisir laut, maupun berada di pesisir sungai-sungai besar yang ada di Riau. 

Sungai-sungai ini antara lain sungai Kampar, sungai Siak, sungai Kuantan atau Indragiri serta sungai Rokan yang karena keanekaragaman wilayah yang ditinggali juga akan memberikan kearifan lokal yang dianut yang mewakili dari kekhasan daerah tersebut.

Kuantan Singingi jika kita ketahui, merupakan kabupaten yang ada di Riau daratan yang memiliki satu tradisi yang dikenal baik oleh masyarakat setempat mapun dari luar daerah adalah tradisi Pacu Jalur. 

Jika kita telusuri lebih lanjut lagi, tradisi Pacu Jalur sudah dikenal penduduk daerah ini paling kurang tahun 1900 dan dalam tahun itu yang dipacukan penduduk kebanyakan perahu-perahu besar yang biasa digunakan untuk alat transportasi kebutuhan sehari-hari. 

Kegiatan Pacu Jalur diselenggarakan di kampung-kampung di sepanjang Batang Kuantan untuk memperingati dan merayakan berbagai hari besar Islam, seperti Maulid Nabi Muhammad, memperingati tahun baru Islam dan sebagainya. Pada waktu itu beberapa kampung tidak memberi hadiah bagi jalur yang menang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline