Seorang ibu dengan 3 anak bernama Agustini, berasal dari kota Medan, sedang mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupannya. Di usianya yang sudah 36 tahun, Agustini harus menderita kegagalan pada kedua ginjalnya. Penyakit ini sudah lama diidapnya sejak usianya 28 tahun.
Pada tahun 2011, Agustini menjalani kesehariannya seperti biasa, layaknya ibu-ibu muda pada umumnya. Mengurus suami, anak-anak, dan rumah, serta tetap bekerja. Bahkan Agustini berambisi ingin menjadi wanita karier. Ia sangat bahagia di kala itu, bersama suami tercinta dan 3 anak terkasih. Namun, semuanya itu sirna ketika Agustini divonis oleh dokter bahwa ia mengalami penyakit kritis, yaitu gagal ginjal. Tidak hanya satu ginjalnya saja, tetapi Agustini harus mengalami kegagalan di kedua ginjalnya. Sejak saat itu, seluruh kehidupan Agustini berubah. Sekujur tubuhnya juga mengalami perubahan, dimulai dari kulitnya yang menghitam, perut membuncit, tubuh membengkak dan menjadi besar, secara tidak normal tentunya.
Gejala awal yang dirasakan oleh Agustini adalah sering demam. Agustini dan suaminya tidak menyangka bahwa seringnya demam ini merupakan tanda bahwa salah satu organ tubuhnya mengalami kerusakan. Saking tidak percayanya dengan vonis dokter, Agustini kemudian berobat ke Malaysia dan ternyata hasilnya tetap sama.
Setelah mengetahui kedua ginjalnya sudah tidak bekerja dengan normal lagi, Agustini yang takut dengan pengobatan medis di rumah sakit, akhirnya memilih untuk melakukan pengobatan alternatif. Namun, hasil dari pengobatan alternatif ini tidak sesuai dengan harapannya. Justru keadaan Agustini menjadi semakin parah, kondisinya memburuk, seperti sesak napas, mimisan, dan hasil pemeriksaan ginjalnya semakin tidak bagus kondisinya.. Mau tidak mau, Agustini harus mengikuti pengobatan medis sesuai dengan saran dari dokter dan prosedur di rumah sakit. Ia harus mengikuti cuci darah secara rutin dan setiap bulan harus transfusi darah sebanyak 4-6 kantong. Selain itu, Agustini sudah rindu berbaring normal di tempat tidur, saat ini ia harus berbaring sambil duduk dikarenakan sesak napas yang terus-menerus ia rasakan.
Dulu, ketika awal-awal baru divonis terkena penyakit gagal ginjal ini, Agustini masih bisa berobat sampai ke Malaysia dengan menggunakan biaya pribadi. Saat itu suaminya masih bekerja di perusahaan besar, tetapi sekarang sudah tidak lagi. Suami Agustini di-PHK karena ada pengurangan karyawan dan sekarang bekerja sebagai penjaga kebun orang lain. Sehingga Agustini dan suaminya mengalami kesulitan untuk memenuhi biaya perawatan dan pengobatan di rumah sakit. Meskipun sudah dibantu oleh BPJS Kesehatan, tetapi tidak semuanya ditanggung. Setiap bulan mereka harus mengeluarkan biaya tambahan untuk transfusi darah, membeli alat kesehatan steril untuk pencucian darah, dan obat-obatan untuk ginjal. Sementara itu, proses pengobatan di Malaysia juga belum selesai, sedangkan Agustini dan suaminya sudah tidak mampu untuk membiayai pengobatan di negeri tetangga tersebut.
Untuk itu, Agustini membuat penggalangan dana di platform Pedulisehat.id ini untuk mengumpulkan dana-dana pemenuhan pengobatannya. Ia berharap, kamu dapat membantunya dengan memberikan sedikit bantuan, berapa pun itu, akan sangat berarti bagi Agustini dan keluarganya. Jangan lupa juga untuk membagikan kisah dan penggalangan Agustini di media sosial yang kamu miliki agar semakin banyak orang yang mungkin bisa membantunya. Jadilah bagian dari keluarga #InsanPeduli dengan klik di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H