Lihat ke Halaman Asli

Djarum Black Apps Competition 2013

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13725394661819439569

Sabtu, 29 Juni 2013, Bertempat di Cilandak Town Square, Jakarta Selatan, Djarum Black Apps Competition tahun ini digelar lagi. Menampilkan rangkaian acara dari pukul 12.00 – malam hari ini, #BAC2013 (black apps competition 2013) terasa meriah dan syarat dengan perkembangan teknologi masa kini. Untuk yang belum mengetahui, Black Apps Competition adalah sebuah kompetisi yang melombakan ide untuk mobile apps (aplikasi mobile) bagi semua kalangan usia 18-35 tahun dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Kompetisi ini merupakan wadah bagi masyarakat secara perorangan untuk mengembangkan kreatifitasnya dalam menciptakan ide-ide yang dapat diaplikasikan dalam mobile apps. Ide yang masuk diharapkan dapat menjadi solusi bagi pengguna mobile apps tersebut yang membantu memudahkan keseharian mereka. Selain itu, pencetus ide diharapkan juga dapat menghasilkan mobile apps yang bisa digunakan di skala nasional maupun internasional.

Acara yang diawali dengan perkenalan 11 aplikasi mobile (android) yang masuk sebagai finalis black apps competition 2013, terlihat begitu meriah dan tentu saja, “Serba Hitam”. Penjelasan dari dewan juri yang menilai finalis dari black apps competition 2013 serta tanya jawab dengan audience, membuat suasana semakin hidup. Bagaimana tidak, dewan juri yang dihadirkan oleh pihak penyelenggara merupakan orang-orang yang sangat berpengaruh di dunia perkembangan teknologi Indonesia. Sebut saja, Andrew Darwis (Founder & Chief Technical Officer Kaskus Networks), Raditya Dika (writer), Selina Limman (Founder & CEO Urbanesia), Budiono Darsono (Co-Founder & Editor-In Chief Detik.Com) dan Rene L. Pattiradjawane (Wartawan IT Senior).

Setidaknya saya kebetulan mendapatkan kesempatan untuk bertanya dalam sesi tanya jawab tersebut, “apakah ada rencana untuk kerjasama dengan pemerintah? Dan untuk mas radit, bagaimana rasanya menjadi dewan juri di perlombaan yang sedikit berbeda dengan dunianya mas radit nih?”. “mengenai rencana kerjasama, kita terbuka untuk siapa saja yang ingin mengembangkannya. Kebetulan aplikasi para finalis ini kan aplikasi yang aplikatif dan simpel, tetapi sangat bermanfaat, jadi kita kembalikan kepada pemilik ide ini, jika memang pemerintah menginginkannya, ya bisa saja terjadi kerjasama” jawab dari pihak djarum. Memang jika dilihat, 11 aplikasi mobile yang sudah dapat di download di google play ini, sangat bermanfaat di dalam kehidupan sehari-hari, baik itu untuk social network, produktifitas, games, maupun entertainment, jadi wajar saja jika ini dapat menarik perhatian perusahaan lain maupun pemerintah. “sebenarnya, jika dilihat secara mendalam, inti dari kompetisi ini kan kreatifitas, dan itu tidak jauh berbeda dengan dunia saya, dunia kepenulisan dan dunia standup comedy-an. Karena dalam dunia kepenulisan, kreatifitas merupakan hal yang harus ada agar setiap tulisan itu menarik dan enak untuk dibaca. Dalam dunia standup pun seperti itu, seberapa unik, seberapa tidak biasanya hal yang akan kita bawakan, ide yang kita miliki, itulah yang menjadi daya tarik. Sehingga, saya merasa biasa saja dijadikan sebagai dewan juri dalam acara ini” tegas raditya dika. Setelah dicermati, yang dikatakan mas radit benar juga. Semuanya berawal dari suatu kreatifitas.

Dari kesebelas finalis akan diambil 4 pemenang terbaik yang akan mendapatkan hadiah masing-masing 20 juta rupiah, dan 1 pemenang favorit yang mendapatkan hadiah sebesar 10 juta rupiah. 4 pemenang dengan ide aplikasi terbaik adalah Sandy Colondam (Jakarta) dengan aplikasi “Bloodmob”, sebuah aplikasi donor darah bagi yang membutuhkan. Kemudian ada “EMBA”, aplikasi sederhana yang memberikan kesempatan bagi pengguna untuk mempersiapkan diri apabila pengguna mengalami keadaan darurat, dari Yohanes Rahendaru (Salatiga). Apris Sugianto Sudrajat (Cilacap), dengan aplikasi “Kuda Lumping” yang merupakan games seru bercita rasa budaya Indonesia. Dan aplikasi “Tutwuri”, ide milik Maximilian Audrey (Sidoarjo) yaitu aplikasi mobile yang berfungsi untuk membantu dalam mencari beasiswa. Serta “Silat Academy” dari Ias Ari Mahaputra Naibaho (Jakarta), game cerdas dimana pemain bermain sambil mengasah otak.

[caption id="attachment_271384" align="aligncenter" width="300" caption="pemenang djarum black apps competition 2013"]

13725396041691031269

[/caption]

Rangkaian acara dilanjutkan dengan presentasi dari para komunitas dan sponsor. Diantaranya Idblognetwork, komunitas Android Indonesia, pecinta museum nasional, kaskuser, kompas dan yang tidak kalah penting adalah tips menjadi orang terkenal di social media oleh Raditya Dika. Walaupun pada sesi ini, MC tidak memberikan kesempatan kepada saya untuk bertanya lagi, namun saya sedikit berbangga bisa menjadi “bahan” mas radit dalam presentasinya tersebut. Acara terakhir adalah penyerahan hadiah kepada para pemenang black apps competition 2013. Walaupun tidak sampai acara terakhir, tetapi saya bangga bisa menjadi bagian dari acara djarum black apps competition 2013 ini. Semoga dengan acara ini bisa menumbuhkan kreatifitas dan inovasi bagi masyarakat Indoneisa khususnya di bidang informasi dan teknologi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline