Lihat ke Halaman Asli

Pemelihara Sapi Tangguh

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mendengar kata sapi, pemikiran kita pasti langsung tertuju pada hewan herbivora besar berkaki empat dengan dominasi warna putih pada kulitnya. Hewan yang satu itu bisa dibilang sangat menguntungkan manusia. Segala aspek yang ada pada hewan itu bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan mannusia. Mulai dari daging, kulit, tulang, susu bahkan tenaganya. Daging, tulang sumsum, dan susunya kita olah sebagai bahan makan. Sedangkan kulit diolah menjadi barang-barang tertentu. Tenaganya biasanya dimanfaatkan untuk menarik gerobak atau traktor. Betapa besar jasa hewan yang satu itu pada kehidupan manusia.

Tentunya hewan tersebut bisa berjasa besar bila dalam keadaan sehat dan bugar. Pernah kebayang tidak siapa saja orang yang berada dibalik kebugaran seekor sapi?

Kalau Anda menjawab peternak sapi, bisa jadi benar. Tapi tidak sepenuhnya benar. Dalam hal ini pemelihara sapi lah yang paling berjasa merawat hewan yang satu itu. Istilahnya terdengar sedikit aneh mungkin? Saya memberi istilah untuk orang-orang yang berjasa sebagai perawat sapi sebagai pemelihara sapi tentu ada alasannya.

Baru kali ini saya tersadar, ternyata peternak sapi itu belum tentu lho mereka yang merawat, menjaga dan memberi makan sapi. Sebagian besar peternak sapi itu adalah orang yang memfasilitasi dan menampung sapi-sapi untuk dipelihara. Nah, biasanya mereka akan menyuruh pekerjanya untuk memelihara, merawat, memberi makan dan membersihkan kandangnya. Dan para pekerjanya itulah yang saya sebut sebagai pemerlihara sapi. Atau orang-orang desa yang biasanya dititipi orang-orang kota untuk merawat sapi yang mereka beli, itu juga bisa disebut sebagai pemelihara sapi.

Saat mendekati idul adha, para peternak sapi akan meraup keuntungan banyak dari hasil ternak mereka. Tentunya, pemelihara sapi juga terkena cipratannya. Yah, meski tak banyak sih. Tapi, orang-orang itu tetap merasa puas dan bersyukur. Asal itu masih bisa mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

Yang paling berat dirasa oleh pemelihara sapi adalah saat musim kemarau panjang. Yah, seperti sekarang ini. Kekeringan membuat mereka sulit mencari rumput untuk sapi-sapi mereka. Akhirnya mereka harus berpanas-panas ria dan bersusah payah mencari rumput ke berbagai daerah yang memungkinkan. Bahkan mereka sampai harus merelakan waktu dan uang hanya demi mendapatkan makanan bagi sapi-sapi mereka. Betapa besar pengorbanan yang mereka lakukan. Tidak kebayang deh.

Seperti orang-orang yang baru saja temui akhir-akhir ini. Mereka adalah para pemelihara sapi dari sebuah desa di daerah Purwodadi. Akibat musim kemarau panjang, mereka sulit mendapatkan rumput untuk pakan ternaknya. Daerah Purwodadi kan memang terkenal sebagai daerah yang cukup gersang kalau musim kemarau tiba. Tanahnya pun kebayakan tandus. Tidak heran pada musim seperti itu sulit mencari rumput.

Sebagai solusinya, orang-orang itu mencari pakan sapi ke daerah lain. Demak, Mranggen, bahkan Semarang pun mereka datangi. Cuma buat apa? Cuma buat mencari dami (batang padi sisa panen).

Saya heran. “Lho apa Bapak tidak rugi kalau mencari sampai ke Semarang? Transportasinya kan butuh modal banyak untuk mengangkutnya?” tanya saya suatu ketika.

Salah satu dari mereka menjawab. “Lha mau bagaimana lagi, daripada sapi saya mati kelaparan. Keluar uang sedikt tidak masalah.”

Saya langsung terperanjat mendengarnya. Keikhlasan mereka yang begitu luar biasa merupakan nilai plus yang bisa kita pelajari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline