Lihat ke Halaman Asli

A Pair of Wings (2)

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Luona tak seindah Anora. Malah berbanding terbalik, meski tak bisa dipungkiri tempat itu merupakan salah satu bagian dari Anora. Luona berada di area paling terpencil di Anora. Kegelapan dan hitam adalah dominasi warna di tempat itu.

Mentari seolah tak mampu merasuk dalam wilayah itu. Awan kelabu terlalu tebal menggantung di atas sana. Tak ada keindahan di Luona. Hanya gelap dan kelabu. Ninda mengernyit heran. Ia tak dapat menahan rasa ingin tahunya.

"Kenapa di sini berbeda?" tanyanya. "Sangat buruk!" Ninda memandang sinis keadaan di sekelilingnya saat ini.

Felix mengulas senyum tipis sebelum menjawab Ninda. "Ini adalah tempat tinggalmu. Di sinilah kau akan tinggal."

Ninda membelalak tak percaya. "Aku akan tinggal di tempat seburuk ini?" pekiknya.

Felix mengangguk, mengangkat tangan kanannya, menunjuk ke depan. "Itu rumahmu."

Sebuah rumah bertingkat dua berwarna abu-abu. Bentuknya aneh. Bagai batang pohon besar yang terpotong setengah dengan duah buah jendela terlihat dan sebuah pintu berwarna hitam kelam.

"Haruskah aku tinggal di situ?" tanya Ninda masih tak percaya.

"Ya, itu tempat tinggal Daren. Dan sekarang menjadi rumahmu."

Mengetahui kenyataan mengecewakan membuat Ninda lemas. Rumah yang ditunjuk Felix terlihat tidak layak huni menurut Ninda. Tapi ia tidak bisa protes. Ini konsekuensi atas pilihannya.

***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline