Lihat ke Halaman Asli

Pecandu Sastra

Jurnalis dan Penulis

Dari "Raden Kian Santang" Jadi Candu Sholawat

Diperbarui: 4 Agustus 2023   09:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Raden Kian Santang (poster) Sinetron MNCTV. Sumber: Riyan Nurhaedi WordPress 2012. Ist

Kalian pernah nggak secara tiba-tiba kepingin sesuatu, melakukannya dengan keinginan yang amat begitu besar. Hal itu harus banget terlaksana - sesegera mungkin. 

Hal ini pernah aku alami taat kala menduduki bangku sekolah menengah pertama (SMP) di kelas tiga akhir. Kembali pada tahun 2012 silam, berawal dari sebuah sinetron yang tayang di televisi. 

Sebenarnya, aku nggak seberapa suka menonton televisi, lebih banyak bermain dengan teman sebaya. Apalagi saat itu detik-detik menjelang penilaian akhir ujian nasional (UN). Namun, karena ini serial sejarah yang menceritakan kisah masa lampau dan bercerita tentang kerjaan di Nusantara, tentu saja aku sangat antusias. Aku paling suka sekali membaca, mendengar, atau menyaksikan sesuatu yang membahas hal terkait sejarah kerjaan di Indonesia.

Rasa ingin yang muncul di dalam diriku bisa dikategorikan sebagai "ngidam". Hanya saja aku bukan orang yang sedang hamil, juga bukan perempuan. Apalagi diriku masih remaja dan belum menikah. Secara kemauan itu besar dan harus banget dilaksanakan. Rasanya ada yang kurang jika hal itu tidak dilaksanakan.


Sinetron Raden Kian Santang yang merupakan produksi MD Entertainment ini ditayangkan di MNCTV dan pertama tayang pada 28 Mei 2012, pukul 20.30 wib. Musim 1 berlangsung pada Mei 2012 hingga Oktober 2014. Berkisah tentang salah satu putra dari Prabu Siliwangi yang merupakan pemegang tahta kerajaan Padjadjaran. Sinetron ini disutradarai oleh Edi S. Jonatan, Iyon Priyoko, dan Udin Berantai. Dibintangi oleh Alwi Assegaf, Ananda George, Ahmad Ridho, dan beberapa aktris serta aktor lainnya.


Salah satu scene atau adegan yang kala itu aku lihat ialah di mana sosok Raden Kian Santang kecil yang diperankan Alwi Assegaf melantunkan salah satu syair indah yang memuji Baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam. Kala itu aku belum mengerti jika syair tersebut merupakan sholawat, yang aku pahami hanyalah lagu-lagu religi. Ya, sesuatu yang berhubungan dengan syair Islami, aku tahunya hanyalah lagu religi.

Syair itu begitu indah dan menyentuh kalbu (hati). Seketika hatiku senang dan merasa tenteram kala mendengar lantunan dari suara merdu si kecil Kian Santang tersebut. Sejak itu aku sering melantunkan syairnya di mana saja bahkan selalu terngiang, aku juga jadi mengidolakan sosok Alwi yang memerankan Kian Santang kecil.

Dari kesukaan yang secara tiba-tiba itulah membawaku pada sebuah pertemuan yang tidak disangka-sangka beberapa tahun setelahnya. Dari yang aku tidak tahu sholawat menjadi tahu, bahkan menyukainya. Memasuki dunia pesantren dan mengenalnya, serta mencintai majelis dan duduk di dalamnya. Semua berawal dari sinetron Raden Kian Santang ini. Keingintahuanku pula membawa diriku yang penasaran dengan sosok Alwi Assegaf sebagai Kian Santang kecil yang akhirnya membuat diriku mencari tahu siapa dirinya. Ternyata Alwi merupakan salah satu keturunan dari manusia yang mulia, Baginda Nabi Muhammad saw.

Lama syair itu tenggelam dalam diri, beberapa bulan pasca melepas pakaian putih abu-abu yang menyelimuti tubuh kurusku.  Aku kembali diperkenalkan dengan syair sholawat yang menggetarkan hati, hanya saja yang melantunkannya sosok yang berbeda. Meski keduanya masih sama-sama keturunan dari Nabi Muhammad saw. 

Melalui untaian syair dan pujian yang disenandungkan Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf itu pula semakin menambah rasa kagum dan syukurku bisa mengenal dan menjadi umat Baginda Nabi Muhammad saw., yang pada akhirnya membawa diriku hanyut dalam lantunan sholawat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline