Lihat ke Halaman Asli

Pecandu Sastra

Jurnalis dan Penulis

Dinilai Memanfaatkan Komunitas untuk Pribadi, Bookstagrammers Kecam Oknum Lepas Nama

Diperbarui: 26 Juli 2023   08:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Sumber; instagram (pecandusastra96). ist

Baru-baru ini dunia bookstagram gempar diperbincangkan, karena pengelola akun besar bookstagram disinyalir memanfaatkan nama komunitas untuk kepentingan pribadi. Komunitas tersebut terancam tutup dikarenakan kurangnya keterbukaan informasi dari pihak pengelola.

Weldone Musthofa (@weldonemusthofa) yang mengelola akun instagram @bookstagramindonesia, @komunitaspembacamuslim, @komunitasreviewbuku diminta para bookstagrammers menutup akun tersebut atau ganti nama dengan tidak mengatasnamakan komunitas. Pasalnya, akun-akun yang ia kelola tersebut sama sekali tidak mewakili para bookstagram.

Banyak kasus yang mencuat, membuat geram para pegiat literasi; terutama pecinta buku. Dari mulai pihak bookstagramindonesia yang membuat postingan agar buku dalam bentuk digital atau e-book untuk tidak dapat diikutsertakan dalam challenge (tantangan) membaca yang dibuatnya. Hal tersebut membuat amarah para pembaca berkecamuk dikarenakan dinilai adanya diskriminasi terhadap pembaca dan memutuskan semangat membaca, selain itu juga dapat menghancurkan tujuan utama bookstagram sebagai upaya meningkatkan minat baca. Bagi pembaca yang terpenting ialah bahan baca e-book tersebut legal. 

Setelahnya, muncul perkara baru; admin pengelola memenangkan challenge pada bulan lalu. Sejatinya, pihak pengelola tidak diperkenankan ikut serta apalagi sampai memenangkan challenge. Dari sinilah muncul keraguan dari para bookstagrammers. Selain atas kasus admin yang memenangkan challenge, biaya sponsor juga dipertanyakan digunakan sebagai apa dan ke mana saja arah manfaatnya.

Disimak dari salah satu akun bookstagram (bacaanalya) banyak sekali para pecinta buku komplain akan hal tersebut, selain tidak adanya kejelasan struktur kepengurusan di komunitas itu, biaya yang didapatkan dari sponsor di beberapa akun yang dikelola Weldone Musthofa setiap bulannya, hingga adanya projek menulis yang ia buat mangkrak.

Selain dari pada tiga akun tersebut, ada beberapa akun lain yang dikelolanya, diantaranya; bookstagram fiksi, bookstagram non-fiksi, bookstagram kreator, dan beberapa akun lagi. Namun, setelah penulis telusuri belakangan akun-akun tersebut tidak ditemukan.

Setiap bulannya akun-akun tersebut mendapatkan pemasukan dari biaya sponsor untuk challenge membaca 350-850 ribu. Dalam satu bulan ada 4-6 sponsor yang mensuplai dana, dan total akun yang aktif dengan challenge tantangan membaca setiap bulannya ada tiga. Diperkirakan dana yang masuk mencapai 4,2 juta rupiah. Dana inilah yang dipertanyakan para pegiat literasi ke mana arah manfaatnya. Sebab komunitas yang dibangun hanya dikelola oleh dua orang, di mana mereka juga merupakan sepasang suami-istri.

Para pecinta buku, bookstagrammers pun angkat bicara. Bahwa komunitas tersebut sama sekali tidak mewakili diri mereka. Pihak pengelola dinilai memanfaatkan nama komunitas untuk kepentingan pribadi. Mereka menuntut pihak pengelola mengklarifikasi tata kelola dana yang masuk, kepengurusan, projek menulis yang sampai saat ini masih mangkrak, dan meminta agar pengelola menutup akun atau menggantinya dengan nama pribadi.

Weldone Musthofa melalui akun bookstagramindonesia akhirnya mengklarifikasi dan meminta maaf melalui postingan instagram story. Namun, hal itu justru kembali memercikkan api amarah para pembaca. Pasalnya, permohonan maaf itu tidak diposting secara langsung di feed dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tidak dijawab tuntas. Sehari setelahnya iapun melakukan siaran langsung bersama salah satu bookstagram guna mengklarifikasi. Kendati klarifikasi dan permohonan maaf telah dilakukan, Weldone Musthofa dan pihak pengelola masih bungkam terkait pengelolaan dana yang didapatkan dari pihak sponsor, ia hanya mengatakan jika dana tersebut digunakan untuk operasional komunitas, sedangkan komunitas tersebut dinilai masih fiktif, karena pengurusnya hanya dua orang saja.

Ia juga meminta maaf karena sudah ikut serta dalam challenge bulan Juni dan memenangkan challenge tersebut. Ia mengkonfirmasi bahwa hadiah yang didapatkan sudah dikembalikan kepada pihak sponsor. Namun, dari siaran langsung tersebut masih belum bisa memberikan kelegaan bagi para pegiat literasi dikalangan pembaca. Mereka tetap menuntut agar Weldone Musthofa mengganti nama akun tersebut dengan nama pribadi atau menutupnya, dikarenakan sama sekali tidak mewakili mereka. Dan dikhawatirkan hanya akan dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline