Siapa yang tidak mengenal sosok Habiburrahman El Shirazy atau yang lebih akrab disapa Kang Abik. Seorang novelis nomor 1 di Indonesia yang karyanya tak pernah padam di hati para pembaca.
Bagaimana tidak, setiap karya yang ditulis oleh sarjana Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir ini selalu menginspirasi. Banyak kalimat-kalimat yang menggetarkan jiwa, menjadi bagian sarana dakwah Islami.
Merindu Baginda Nabi merupakan novel karya Kang Abik yang kesekian. Hingga saat ini, sudah tercetak ulang ke-enam kalinya.
Mengambil latar tempat di sebuah Pesantren di Malang, Jawa Timur, serta kota-kota di Amerika. Novel ini berkisah tentang kehidupan seorang dara; Syarifatul Bariyyah (Rifa)-terlahir tanpa orang tua, ia ditemukan seorang nenek di tempat sampah. Namun, takdir berkata lain, ia dipertemukan oleh Allah dengan orang tua angkat yang sangat penyayang.
Terkait kerinduan, pernahkan sahabat pembaca secara tiba-tiba merasa rindu, didera rasa rindu yang amat begitu luar biasa. Bahkan, ada pula yang sampai air matanya terjatuh tanpa terduga. Baik itu rindu kepada orang tua, guru, sahabat, kekasih, atau...? Entahlah, yang jelas rindu!
Ada satu dialog yang begitu amazing banget dalam novel 'Merindu Baginda Nabi' karya da'i kelahiran 30 September 1976 ini-membuat air mataku berderai tak karuan. Di mana pada suatu ketika Rifa bertanya penasaran sebab belakangan Abahnya (Pak Nur Rochim) sering merenung, menyendiri. Bahkan, beberapa kali ia menyaksikan secara tak sengaja Abahnya terlihat menangis.
"Abah, nyuwun sewu (mohon maaf), Rifa lihat Abah akhir ini banyak merenung. Apakah ini karena Rifa tidak mau dijodohkan dengan Ustadz Anam sehingga Abah sedih?" tanya Rifa penasaran.
"Astaghfirullah, tidak nduk. Abah malah sudah tidak memikirkan hal itu."
"Lantas mengapa Abah selalu murung. Apa yang terjadi bah?"
"Abah didera rasa rindu yang luar biasa."