Saya kaget ketika melihat akun Kompasianer Erenzch Pulalo diberi stempel merah "Akun Diblokir". Tentu yang memberikan stempel merah itu adalah admin Kompasiana.
Akun yang diblokir itu telah"Terverifikasi", dan banyak mengumpulkan view. Erenzh Pulalo merupakan penulis Kompasiana yang produktif, khususnya dalam memberikan perspektif sepakbola Papua.
Digrup-grup media sosial dan blog Papua, nama Erenzh Pulalo dikenal dengan tulisan sepakbola dari Kompasiana yang dibagikannya. Menurut saya, hal ini merupakan sangat positif. Selain memperkenalkan Kompasiana di kalangan entitas Papua-Persipura mania, juga menyajikan contoh beliterasi yang baik tentang sepakbola di entitas tersebut.
Tidak mudah mengumpulkan view di Kompasiana dan mendapatkan label Terverifikasi. Dengan akun yang Terverifikasi, tingkat kepercayaan pembaca di dalam entitas Papua bisa lebih tinggi.
Sayangnya, kini Erenzh Pulalo dikenakan sangsi pemblokiran, sehingga apa yang sudah dibangunnya seakan menjadi sia-sia.
Tadinya saya berpikir pelaku pemblokiran itu adalah dua Kompasianer Kenthir, yakni Felix Tani dan Acek Rudy. Dua orang sahabat saya itu termasuk kategori BTN (Bocah Tua Nakal).
Namun setelah saya melalui tiga periode naik ranjang, saya mendapatkan bisikan lembut mendesah bahwa bukan mereka pelakunya.
Sangat tidak mungkin pemblokiran itu dilakukan Felix Tani yang cuma seorang kreditur atau tukang hutang soto dan selalu galau karena gagal menempati 5 besar peraih K.Rewards. Apalagi beliau tinggal di Gang Sapi. Bisa dibayangkan aroma anu sapi di gang sapi akan membuat Felix Tani lemah lunglai gemulai teralay-alay. Bisa dipastikan tak akan kuat membuat stempel merah.
Pemblokiran juga tak mungkin dilakukan Acek Rudy yang terlalu sibuk menjajakan obat kuatnya dari satu gang ke gang lain. Pulang ke rumah sudah lelah.