Mungkin zaman sekarang bisa diciptakan pepatah baru ; Sepandai-pandainya tupai berenang di danau minyak goreng, akhirnya tenggelam juga.
Kenapa harus tupai? Kenapa bukan ikan yang habitatnya adalah tempat berenang?
Jadi begini. Ikan akan ketakutan bila diperlihatkan minyak goreng walaupun minyak goreng itu bening dan bisa bikin akal sehat. Bisa menjadikannya cermat. Kilaunya bisa bikin hidup bersemangat. Ditambah iming-iming kemewahan rasa, kelezatan istimewa.
Ikan trauma dengan minyak. Terbayang tubuhnya di kuali penggorengan. Bukannya malah berenang asoy geboy, tapi menggelepar kesakitan yang didapatkan.
Sementara tupai habitatnya di pepohonan rindang, terutama pohon kelapa. Apalagi sekarang perkebunan kelapa sawit sangat berkembang pesat. Itu jadi tempat hidup yang nyaman. Cari makan sangat mudah. Baginya, kelapa sawit bagai surga.
Tupai pinter melompat dari satu dahan ke dahan lainnya. Tupai juga paham, salah satu turunan kelapa sawit yang penting, digemari, dan populer adalah minyak goreng yang sangat dekat dengan dunia emak-emak. Asik, deh...
Jadi, tak hanya dipohon kelapa sawit, tupai pun bermain di minyak goreng. Berenanglah ia penuh suka cita. Namun sepandai-pandainya tupai berenang, sekali tenggelam juga.
Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok di negara ini. Kelangkaannya beberapa waktu lalu sempat bikin negara kelimpungan. Rakyat berteriak karena butuh dan ada mafia besar bermain. Mafia ini lincah seperti tupai di kebun sawit.
Tak mau berlama-lama, negara pun bertindak, melakukan pencarian para mafia itu. Akhirnya tertangkap juga.