Peringkat FIFA Indonesia naik cukup signifikan. bahkan menggeser Singapura yang sebelumnya memandang sebelah mata Timnas Indonesia. Kini Singapura kebakaran jenggot.
Tak hanya Singapura, Malaysia pun ketar-ketir. Tersipu lamu. Mereka sibuk sendiri "berseteru" di dalam organisasi sepakbolanya sehingga tidak sempat menggelar laga untuk memanfaatkan panen point dari laga FIFA Matchday.
Biarlah itu urusan mereka. Siapa suruh tak bertanding? Nenek sudah berpesan jauh-jauh hari supaya rajin bertanding agenda FIFA.
Indonesia kini telah bertobat. Kalau dulu sering mengabaikan FIFA matchday, kini tak lagi mau lalai. Peringkat FIFA itu penting, walau Indonesia jarang juara tapi minimal peringkat itu untuk menaikkan gengsi negara.
Lihat saja Belgia, walau tak pernah juara Dunia, apalagi juara piala AFF, namun mereka menempati peringkat 1 dunia. Mereka bela-belain ngumpulin point receh dari berbagai laga persahabatan Internasional yang masuk perhitungan point FIFA.
Dari pengumpulan point receh itu secara sabar dan telaten, sampai kini Belgia tetap peringkat 1 Dunia. Nikmat dunia mana lagi yang akan kau terima?
Hal yang relatif sama juga dilakukan Filipina. Peringkat mereka jauh di atas Indonesia. Padahal mereka kalau bertanding jarang menang lawan Indonesia. Mereka cerdik, lebih memilih lawan yang lebih lemah.
Pertobatan Indonesia bukan tanpa pertolongan negara lain. Bukan pula karena naturalisasi di PSSI.
Lalu siapa dia? Adalah negara Timor Leste, saudara bungsunya yang dengan rela sepenuh hati menjadi lawan tanding Indonesia. rela untuk kalah demi nama baik saudara tua. Berkah besar di surga bagi Timor Leste.
Dua laga FIFA matchday antara Indonesia vs Timor Leste sangat menguntungkan Indonesia. Hasil positif dicapai. Peringkat FIFA pun naik. Semua senang. Hati girang.