Timnas Putri sulit berprestasi di Piala Asia tahun ini. Mereka hanya akan jadi sansak bagi tim lain.
Kenapa? Karena tidak ada kompetisi Liga Putri yang terstruktur, masif dan sistemik di Indonesia, yang mendukung terbentuknya Timnas Putri Indonesia yang tanggguh.
Timnas putri terbentuk tidak seperti timnas putra, dan tampilnya mereka di ajang piala Asia karena keberuntungan. Dua tim negara lain di grup penyisihan mengundurkan diri.
Dengan situasi dan kondisi seperti itu, jangankan coach Pep Guadiola, Jurgen Klop, Jose Maourinho....coach yang sering dikatakan hebat sekelas Shin Tae-yong sekalipun tak akan mampu mendongkrak prestasi Timnas Putri Indonesia. Walaupun Shin Tae-yong mengeluarkan jurus pamungkasnya yakni naturalisasi pemain.
Para coach itu itu tak punya urusan dengan pernak-pernik kualitas kompetisi. Tugas mereka adalah memilih dan meramu para pemain yang dianggap cocok dengan strategi kepelatihannya--dari kompetisi yang terburuk sekalipun, dengan target bikin Prestasi ! Kalau pelatih dibayar mahal namun tidak bisa bikin prestasi, maka sangat wajar dikritik, bahkan dipecat.
Haruna Soemitro benar. Target 'Prestasi' seorang "coach" itu tetaplah ukuran keberhasilan. Ini harga mati sebagai si Peramu (pelatih/coach).
Di sisi lain, netizen jadi jangan marah, kaget, bersedih dan ngamuk-ngamuk bila Timnas Putri jadi lumbung Gol Australia, Thailand dan Filipina. Ingat, marah itu tidak baik bagi kesehatan anu.
---
Peb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H