MU merupakan sekumpulan pemain yang merasa hebat sendiri. Mereka bukan sebuah timwork.
Begitulah yang terjadi di klub super kaya ini. Miris. Jadi seperti klub amatiran.
Tadinya pihak managemen dan fans MU berharap banyak pada Ronaldo untuk mengangkat prestasi mU.
Ronaldo, bintang mereka yang pernah berjaya, kemudian makin matang dan menjadi mega bintang di Spanyol dan Italia. Tapi semua itu kini ternyata tak sesuai harapan.
Ronaldo telah berubah, bukan saja pada kehebatan skillnya saja, tetapi juga aura nya terhadap sebuah team work. Ronaldo sekarang tak sama dengan Ronaldo saat masih di MU dulu---satu dekade sebelum dia berkelana ke Spanyol dan Italia. Hal ini yang mungkin tak disadari sepenuhnya oleh penggemar MU dan pihak managemen MU.
Kehadiran kini Ronaldo justru membuat teamwork MU berantakan. pemain-pemain lain menjadi tidak nyaman, atau justru sangat tergantung pada Ronaldo. Akibatnya, ketika Ronaldo tidak menjadi starting line up, atau sedang tidak perform, permaianan tim MU justru rusak.
Padahal sepakbola bukan permainan perorangan, yang tertumpu hanay pada Ronaldo sseorang. Sepakbola adalah permaianan tim. Tak hanya melibatkan 11 pemain di lapangan, namun seluruh pemain--termasuk dibangku cadangan dan official.
Bayangkan saja, sebuah drama konyol terjadi ketika kegagalan eksekusi penalti Bruno Fernandes dalam laga Manchester United vs Aston Villa disebabkan oleh adanya tekanan dari Cristiano Ronaldo. Hal itu terjadi pada laga yang digelar di Old Trafford, Sabtu (25/9/2021) ini, Aston Villa unggul lebih dulu pada menit ke-88. Memasuki injury time, United mendapat kesempatan menyamakan skor lewat hadiah penalti.
Secara mengejutkan, Fernandes lah yang maju sebagai algojo, alih-alih Ronaldo yang hampir selalu menjadi penendang penalti di tim-tim sebelumnya. Tendangan Fernandes rupanya melambung di atas mistar.
Belum lagi pada lanjutan berbagai laga penting berikutnya, MU kalah dengan skor telak.