Lihat ke Halaman Asli

Peb

TERVERIFIKASI

Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Italia Vs Belgia, Proyek Euro 2020 Penghancur Kesempurnaan

Diperbarui: 5 Juli 2021   01:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Potret suasana para pemain Italia merayakan kemenangan atas Austria pada babak 16 besar Euro2020. Italia bertemu Belgia di babak 8 besar. Sumber gambar ; tribunnews.com

Dalam Euro 2020, Italia dan Belgia merupakan pasangan sempurna, laksana pangeran tampan dan puteri cantik sebuah kerajaan dalam cerita komik. Mapan. Penuh cinta dan dicintai banyak orang. Hanya penjahat yang tega menghancurkan mereka. Kali ini, penjahatnya adalah sistem pada Euro 2020 project. 


Kedua tim akhirnya dipaksa untuk saling meniadakan di saat kesempurnaan sedang manis-manisnya tersemat. Hanya ada satu yang berlanjut, sementara satunya lagi tinggal kenangan. 

Langkah kesempurnaan ' Gli Azzuri ' Italia akhirnya berlanjut. Mereka melenggang ke semifinal dengan skor 2 :1 dikantongi sebagai tiket, setelah pertarungan 2x45 yang membakar emosi kedua tim, diiringi rasa was-was para pencintanya menjadikan Belgia tak lagi sempurna. 

Italia pun menjadi tak sepenuhnya sempurna, walau sistem menyatakan sebagai pemenang. Ini bukan semata soal kemenangan 2 ; 1, melainkan soal cara Italia meninggalkan Belgia. 

Duel Belgia vs Italia pada perempat final Euro 2020 di Allianz Arena, Muenchen, Jerman, Sabtu (3/7/2021) dini hari WIB.(AFP/STUART FRANKLIN), kompas.com


Satu gol terjadi di gawang Italia karena kerasnya pemain Italia Giovanni Di Lorenzo pada menit akhir babak pertama menghajar pemain Belgia Jeremi Doku, sehingga Italia mendapatkan hukuman pinalti. Bagai sebuah kemarahan, Romelu Lukaku membalaskan dengan eksekusi yang tepat.

Giovanni Di Lorenzo harus lakukan itu karena di dalam pikirannya, Jeremi Doku akan merusak kesempurnaan yang telah Italia bangun sejak awal. Terlebih setelah rekan satu timnya yakni Nicolo Barella mencetak gol menit ke 31 dan Lorenzo Insigne pada menit ke 41 yang menandai skor 2 ;0 untuk kesempurnaan Italia. Apalagi sebelumnya gol Leonardo Bonuci di menit 13 dibatalkan wasit.

Sementara Jeremi Doku mungkin hanya berpikir sederhana saat penetrasi ke depan gawang Italia; "Belgia sudah tak lagi sempurna, tapi janganlah dipermalukan terlalu besar". 

Belgia sejak awal bersikap terbuka. Mereka menunjukkan cara bermain sesuai aslinya, yakni bagaimana bola mengalir secara dinamis dari kaki ke kaki, dari zona ke zona secara sederhana atau tidak rumit namun rapi dan indah. 

Tetap sikap ' Gli Azzuri ' Italia tidak konsisten. Tadinya mau terus terbuka, menari bersama ' Setan Merah' Belgia dalam satu irama permainan yang silih berganti sorot panggung untuk memberikan tontonan menarik. Namun kemudian di pertengahan babak pertama hingga selesai menjadi tertutup, mereka bangun benteng kokoh, tak mengijinkan Belgia bebas masuk lebih jauh ke halaman mereka.

Italia yang awalnya bermain terbuka, pada akhirnya kembali pada sejarah besarnya, yang pernah dibangun para leluhur sepakbola mereka, yakni penerapan pertahanan yang rapat, bagai  parkir bus. Mereka tak lagi perduli permainan indah atau tidak, melainkan pada pergerakan setiap pemain Belgia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline