Seorang kawan kirim WA menanyakan saya tentang siapa sosok yang kiranya jadi Kompasianer of The Year 2020. Awalnya saya bingung menjawab pertanyaan itu. Saya katakan saya tidak bisa menebak karena sudah setahun ini jarang menulis dan membaca Kompasiana. Jadi saya tidak begitu mengikuti dinamika di dalamnya.
Lalu saya jawab, tunggu sebentar, saya akan liat para Nominee Kompasiana Award tahun ini.
Dari sekian jumlah nomine itu, mata saya tertuju pada Dewi Puspasari. Kenapa? karena nama ini seingat saya adalah Kompasianer lawas. Sejak zaman purbakala era kuda gigit besi, Dewi sudah jadi kompasianer. Saya ingat namanya, karena dulu waktu saya masih aktif menulis, dia sering mampir ke lapak saya.
Lalu, saya klik profilenya. Dan, benar! Ini Kompasianer lawas, terdaftar sejak 2010.
Sepintas saya lihat jumlah tulisannya sudah banyak. Dan judul-judul tulisannya pun menandakan konten artikel yang inspiratif.
Selain itu, nampaknya Dewi Puspasari sangat aktif di berbagai kegiatan offline Kompasiana. Kalau ndak salah dia admin komunitas tertentu (maaf, saya lupa nama komunitasnya). Aktif offline sebagai Kompasianer adalah kartu AS dan Koentji untuk jadi pemenang Kompasianer of The Year.
Saya lihat tidak ada Nomine Kompasiana Award yg lain seperti itu. Jadi saya memberikan jawaban bahwa Dewi Puspasari pemenang Kompasianer of The Year 2020.
Teman saya itu heran, kenapa bukan Felix Tani yang terkenal seantero jagat Kenthir?
Tidak!
Walau terkenal, Felix Tani tidak akan jadi Kompasianer of The Year. Kenapa? Karena Kompasianer of The Year itu sosok serius, yang membawa nama Kompasiana berkiprah dimasyarakat. Serius di online dan offline dibawah naungan nama Kompasiana.
Sementara Felix Tani merupakan sosok serius yang menyembunyikan keseriusannya secara kenthir dan misterius, mirip si Al Pepeb kawannya.