Lihat ke Halaman Asli

Peb

TERVERIFIKASI

Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Cerpen | Perempuan yang Tertancap Paku-paku Kata

Diperbarui: 15 Desember 2019   22:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar ; pxhere.com

Setiap hari perempuan cantik itu melintas di depan berandaku. Sudah ratusan kali dilewatinya tanpa sekalipun menoleh. Padahal berandaku terang dan riuh.

Belakangan ini langkahnya aneh. Terlihat berat. Seolah terhuyung. Seperti ada beban di tubuhnya yang dipenuhi terang cahaya dingin seperti kunang-kunang.

Hari ini sengaja kutunggu di beranda agar bisa mengamati lebih lama. Aku ingin tahu lebih banyak tentang perempuan itu.

Tadi perempuan itu melintas lagi. Seperti biasa, langkahnya lurus. Tatapan ke depan, dengan mata bulat bagai lampu. Tapi ada warna kilau yang aneh di korneanya. 

Aku ingin menghentikan langkahnya dan menyapa. Tapi urung. Tak punya nyali. Aku harus bicara apa? Aku tak punya cukup bekal alasan untuk basa-basi.

Saat sampai di depan berandaku, sekumpulan orang berlari ke arah perempuan itu sambil bersorak girang. Mereka mengelilinginya. Tangan menggapai-gapai, seperti tarian tradisional yang pernah kulihat di televisi. Pernah kubaca, tarian seperti itu bermakna kegembiraan dan pemujaan pada sosok diujung tangan mereka.

Aku takjub. Ternyata perempuan itu bisa larut di keramaian. Tangannya berbicara pada setiap gapai-gapai. Penuh suka cita. Matanya berbinar. Berkaca-kaca.

Orang-orang terus berkeliling, menari dalam satu hentakan irama. Namun ada yang aneh! Setiap berada di belakang perempuan itu, tangan mereka bergerak cepat menyentuh punggung dengan ayunan bertenaga. Tak lagi gemulai seperti berada di depan perempuan itu.

Tiap kali punggung tersentuh, perempuan itu terhuyung. Tapi dia berusaha tegak. Luar biasa!

Kurasa perempuan itu tak tahu yang mereka lakukan. Perhatiannya ke wajah-wajah pengerumun di depan, penuh senyum.

Ketika gerakan punggung perempuan itu membelakangi berandaku. Terlihat benda-benda hitam menempel tak beraturan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline