Timnas U-23 Indonesia memang unggul dalam permainan, tapi penyakit kambuhannya belum sembuh total. Ini berbahaya!
Laga semifinal antara Timnas U23 Indonesia Vs Myanmar menjadi catatan penting bagi tim asuhan coach Indra Sjafri. Walau menang 4 : 2 atas Myanmar, Timnas Indonesia masih menyisakan PR besar. Kalau tidak dibereskan di luar lapangan, medali emas sepakbola Sea Games 2019 hanya menjadi kelanjutan mimpi tahun-tahun lalu.
Timnas U-23 Indonesia melaju ke babak final, dan sukses melanjutkan tren kemenangan gol besar setelah pertandingan sebelumnya di penyisihan terakhir grup B mengubur Timnas Laos dengan skor 8 ; 0.
Tren ini ternyata hampir membawa petaka bagi Timnas Indonesia sendiri. Unggul 2 : 0 sampai menit ke 71 membuat para pemain merasa sudah memenangkan laga, padahal sisa waktu masih cukup panjang, 19 menit!
Disisa waktu itu para pemain Indonesia terlena. Merasa sudah menang besar. Mereka menjadi terlalu percaya diri sehingga lupa diri, kemudian berbuat ceroboh.
Mereka memainkan bola di zona sendiri hanya untuk sekedar main-main, bukan possesion football dalam konteks strategi counter attack.
Akibatnya, Myanmar berhasil mencuri bola kemudian men-drive ke gawang. Celakanya kiper Nadeo Argawitana blunder. Tangkapan lepas. Terjadi rebound yang dimanfaatkan pemain Myanmar. Gol pun tak bisa dielakkan. Skor berubah jadi 1 ; 2.
Belum lama berselang gol balasan pertama Myanmar, para pemain Indonesia kembali lengah menjaga pemain Myanmar sehingga berada di ruang tembak yang bagus. Terciptalah gol balasan kedua. Skor menjadi 2 : 2.
Kedua gol Myanmar itu dominan akibat kesalahan para pemain Indonesia saat memimpin laga, dan kecerdikan pemain Myanmar.
Timnas Myanmar bukan Laos yang moralnya runtuh dan bermain kacau setelah gawangnya pertama kali dibobol pemain Timnas Indonesia. Timnas Myanmar tetap bermain konsisten.