Lihat ke Halaman Asli

Peb

TERVERIFIKASI

Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Puisi | Janji Panggung dan Kehadiran

Diperbarui: 28 November 2019   12:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: pixabay.com

Kehadiran berjanji pada panggung. Akan dibawakannya sekumpulan roh, pengarak cahaya rupa-rupa.

Panggung pun berjanji pada kehadiran. Atas nama gempita, disebarkannya barikade penguasa jiwa-jiwa haus.
 
Lalu mereka ciptakan serupa permainan belantara. Liar. Meriuh. Berkejaran.
Kemuliaan dan kehinaan dipaksa berdampingan. Tanpa kenal. Diperolok ruang kosong keramaian. Dirajam turunan-turunan keterasingan.

Selalu begitu,

Mereka boyong mozaik puja-puji pada dinding para dewa. Diratapi iblis. Merusuhkan hati, mata, dan bibir orang-orang kalah sejak dalam kandungan.

Panggung dan kehadiran tak pernah menyimpan kesepakatan dalam kemasan seremoni. Cukup bermaterai momentum, dan saksi egosentrum.

Setelah itu, mereka berjanji lagi. Dan lagi.
Tanpa perduli ritual hidup dan kematian sedang menjalani takdir tepat diberanda materai perjanjian.

Saat itu, kau di mana?

---

Peb28/11/2019 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline