Lihat ke Halaman Asli

Peb

TERVERIFIKASI

Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Saat Menulis, Jangan Takut "Berselingkuh" dari Tema

Diperbarui: 9 Februari 2019   20:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar ; pxhere.com

Menulis merupakan momen yang nikmat. Apalagi saat tema awal sudah didapatkan dan direncanakan untuk ditulis. Artinya kita sudah tahu akan menulis "apa dan bagaimana".

Dengan sedikit gerakan kedepan, kita pun bisa larut dalam penuangan pokok-pokok pikiran, menyusun kata untuk menciptakan diksi, edit "sana-sini" dan kemudian membaca ulang apa yang sudah disusun--walau mungkin baru beberapa paragraf yang tertuang. Momen nikmat itu bisa dikatakan "lagi sakau" menulis.

Pada situasi nikmat itu, mungkin kalau maling lewat depan jendela pun tak akan akan terlihat. Kenapa? Karena maling itu "cuma lewat" saja tidak mengganggu kegiatan menulis. Sedangkan kita sedang "sakau" dalam genangan ide. Heu heuheu!

Saat "sakau" semua ide-ide bagai berterbangan di sekitar kepala menjadi layaknya berada surga. Kita begitu dianugerahi bahan tulisan. Seperti hujan emas di negeri sendiri.  

Bagi sebagai penulis, inilah momen pencerahan yang sesungguhnya. Bagai berada di kebun buah yang berlimpah, sudah siap dipetik, terhampar dan tinggal dimakan. 

Namun bagi sebagai orang lain lagi, justru menjadi bingung saking banyaknya "buah" ide untuk "dimakan". Buah yang mana akan dipilih? Buah yang merah? Buah yang besar? Buah yang harum?buah yang...dan seterusnya.

Bagaimanapun situasinya, keputusan harus diambil. Aneka "buah ide" itu harus disusun menjadi kalimat. Satu dua paragraf pun terbentuk dengan cantiknya. Walau dengan susah payah harus "mengunyah" setiap pilihan kata.

Namun di tengah jalan, tanpa direncanakan sebelumnya, ada satu atau dua paragraf yang sudah tersusun rapi, memunculkan ide lain di luar tema awal. Dan celakanya, proses mengunyah "kata-kata"--nya begitu gampang dan lancar.

sumber gambar ; pxhere.com

Tadinya ingin menulis tentang suatu tema politik aktual, malah jadi menulis humaniora, gara-gara tuntutan satu dua paragraf yang sudah tersusun tadi "bernuansa' humaniora. Atau tadinya ingin menulis satu isu humaniora, malah jadi sebuah puisi panjang yang indah. Atau tadinya ingin menulis tentang olahraga sepakbola, malah jadinya sebuah artikel gaya hidup.

Semua itu bisa terjadi dari "rayuan maut" satu atau dua paragraf yang sudah tersusun. Bisa juga dari "mentoknya" proses penyusunan rangkaian kata karena "bingung" dengan banyaknya pilihan "buah ide".

Pernahkah anda mengalaminya?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline