Lihat ke Halaman Asli

Peb

TERVERIFIKASI

Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Pada Serakan Kata

Diperbarui: 16 Januari 2019   18:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : shutterstock.com

Para cendikia pada hamparan kata. Mereka pengais dan pemilih kata-kata yang tak kenal waktu. Tak ubahnya pemulung kelaparan. 

Di otak mereka selalu ada keranjang kosong siap diisi. Tubuhnya menjulang. Hingga kepalanya berada di awan. Bisakah kau bayangkan, bagaimana serakan kata mereka pindahkan?

Menurut cerita para awam, serakan kata itu tadinya tanpa tuan. Lalu para cendikia datang dan jadi penguasa. Sebab tak banyak yang punya nyali seperti mereka.  Dari sanalah mereka bangun harapan. Sebagian menjadikannya lentera peradaban. Sebagian menciptakan tungku jaman. Tapi sebagian lagi memuat bara pembakar waktu.

Pada hamparan kata itu sering kulihat mereka berkelahi. Keranjang yang tadinya penuh, tertumpah. Berserakan. Ada yang pecah. Membentuk serpihan tajam. Melukai para awam yang tak awas. Sebagian lagi menggelinding liar. Kemudian dipungut. Dijadikan mozaik di layar mata.

Sejak dulu aku sering bermain di serakan kata-kata. Dari situ kutahu, kata-kata bisa kesepian di tengah hiruk pikuk tengkar cendikia.

Aku juga penonton setia mereka di hamparan itu. Beberapa kawan katakan aku telah jadi mereka. Tubuh dan pakainku menyerupai mereka. Tapi aku selalu malu. Tak kupunya keranjang serta keberanian berkelahi seperti mereka. Satu lagi, kepalaku tak pernah mencapai awan.

---

Peb13/01/2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline