Lihat ke Halaman Asli

Peb

TERVERIFIKASI

Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Puisi | Pencarian Kata di Kereta

Diperbarui: 9 Januari 2019   01:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : pxhere.com

Aku duduk di tepi jendela kereta api yang melaju. Kucari kata-kata di dalam deru mesin, dedaunan pohon, rerumputan, rintik hujan, sawah, bukit, sungai, rumah-rumah kampung.
Banyak kutemukan kata. Ada yang terselip. Mengintip malu-malu. Berlompat-lompatan. Dan ada yang tersaji telanjang seolah ingin cepat dijamah.

Ternyata, aku hanya sampai menemukan. Tapi tak pernah mampu mengumpulkannya. Semua yang kulihat menjadi pencuri yang menguras energiku. Dengan pesona, dirayunya naluri hingga lengah. Kemudian mereka bongkar pintu-pintu ruang keindahan yang kupunya.

Tadinya kukira serabut syaraf benak bisa cekatan meraup dan menyimpan kata-kata. Ternyata aku keliru. Benak tersandera mata, dan membiarkan semuanya terlewat laju kereta.

Kemudian, malam datang menghampiri. Sembari menjajakan kata-kata, diajaknya aku melupakan ketololan tadi.

Malam terus menggoda. Ditawarkannya banyak kemudahan, tapi aku tetap tak mampu. Kemalasan begitu kuat mendera.

Lalu,  tiba-tiba muncul rasa tak tega pada malam. Untuk itu kususun deretan kata di sini agar berkurang rasa bersalahku, masih di kereta yang melaju kencang.

---

Argo Parahyangan, 8/01/2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline