Lihat ke Halaman Asli

Peb

TERVERIFIKASI

Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Etiskah Memposting Hasil Tangkap Layar Isi Grup WhatsApp ke Medsos?

Diperbarui: 30 November 2018   12:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Pixabay)

Sekarang sedang nge-trend dengan banyaknya grup percakapan di media Whatsapp (grup WA). Sangat mengasyikkan bagi sebagian orang. Adanya grup WA menjadikan sebuah sarana hiburan tersendiri karena bisa bercanda dan berbagi informasi dengan teman-teman dari berbagai penjuru. 

Selain itu, bisa merekatkan tali silaturahmi sesama anggota grup. Walau seringkali pula sebaliknya, terjadi konflik karena kesalahan dalam berkomunikasi atau adanya perbedaan pendapat yang tajam di antara  anggota grup.

Setiap Grup WA Punya Kultur Berbeda

Setiap grup WA memiliki ciri khas, gaya, tujuan, dan tingkat selera humor yang berbeda. Tergantung kesepakatan atau latar belakang terbentuknya grup WA itu. 

Ada yang berlatar belakang  teman masa sekolah SD, SMP, SMA, Kuliah. Ada pula grup berlatar belakang pekerjaan, bisnis, pertemanan komunitas,  keluarga besar dan lain sebagainya.

Sementara gaya atau kultur dalam grup bisa serius (formil) atau pun non formil (penuh canda). Semua tergantung kesepakatan awal  terbentuknya grup. Ini yang menentukan gaya setiap grup. Biasanya tidak sama, tergantung latar belakang kultur grup itu dibangun.

Bila seseorang jadi anggota banyak grup WA, tentunya dia akan menyesuaikan diri pada tiap kultur grup WA yang diikutinya. Misalnya di Grup A yang serius, dia menjadi seorang yang serius karena itu merupakan grup kantor, ada atasannya yang 'gila hormat dan galak' tergabung dalam grup tersebut. 

Di tempat  lain, misalnya grup B, C, D dan selanjutnya berisi percakapan penuh canda karena anggota grup itu teman-teman sekolah masa lalu, komunitas hobi, keluarga besar, dan lain sebagainya.

Jadi seseorang yang mengikuti banyak grup akan bersikap berbeda saat berada di grup yang diikutinya. Dia harus pandai-pandai memilih dan memilah perannya dalam grup. 

Bisa jadi, di suatu grup dia menjadi seorang yang dihormati anggota grup karena dia adalah boss, atasan, atau pakar tertentu yang disegani.

Sementara di grup lain yang berisi teman sekolah atau tema masa kecil, dia berperan sangat konyol, kocak, sering dibully, jadi bahan candaan, dan lain sebagainya. Sejak awal dia menerima dan menikmati perannya tersebut. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline