Setiap Timnas Indonesia gagal pada suatu turnamen Internasional, maka publik akan menyorot PSSI, khususnya sang Ketua. Dari ketua, akan menuju pada kebijakannya menentukan pelatih dan program kerja lapangan.
Seringkali, soal pelatih dipermasalahkan. Entah kualitas pelatihnya, program kerja yang dibuat, sampai pada masalah gaji pelatih, dan lain sebagainya.
Masalah kegagalan Timnas akhirnya tak jauh dari permasalahan kepengurusan PSSI itu sendiri.
Ada suatu kesenjangan antara keputusan PSSI dengan kenyataan di lapangan, khususnya program di Timnas tersebut. Seolah-olah, Ketua PSSI tak mengerti kebutuhan timnas.
Benarkah demikian? Apakah ketua PSSI selama ini tak paham semua kebutuhan ideal timnas untuk bisa berprestasi?
Satu contoh, ketika Luis Milla, yang dipandang telah mampu membuat perubahan karakter bermain timnas, namun akhirnya harus diberhentikan ditengah jalan karena konon masalah gaji. Sementara di sisi lain, dilapangan, para pemain sudah merasa cocok dengan sang pelatihm Demikian juga menurut pandangan sejumlah pengamatsepakbola yang merupakan mantan pemain bola nasional.
Kalau berdasarkan suara-suara para pelaku aktif lapangan hijau atau mantan pemain, maka nampaknya ada yang tidak nyambung dengan kebijakan PSSI dalam mengelola tim pelatih nasional.
Ketika kasus Luis Milla mencuat- justru terjadi diujung akan dimulainya turnamen Piala AFF 2018, publik menyayangkan sikap PSSI yang tidak profesional. tidak sekalian mengontrak Luis Milla dalam jangka waktu lebih lama, sehingga hasil kerjanya tidak setengah-setengah.
Kalau begitu, perlukah seorang ketua PSSI dijabat mantan pemain nasional-- dengan pemikiran bahwa mantan pemain nasional lebih paham seluk beluk kebutuhan sebuah tim nasional.
Sejarah mencatat, sejak organisasi PSSI berdiri tahun 1930, hampir semua ketua yang pernah menjabat bukan mantan pemain nasiona. Ketua PSSI lebih banyak diduduki oleh pejabat/politisi atau pengusaha atau gabungan keduanya yakni pejabat/politisi yang pengusaha, atau pengusaha yang pejabat/politisi.
Hanya sekali ketua PSSI dijabat mantan pemain nasional yakni Maulwi Saelan, pemain nasional era tahun 1954-1958. Dia menjabat ketua PSSI tahun 1964-1967. Saat itu Timnas Indonesia sangat disegani di benua Asia.