Lihat ke Halaman Asli

Peb

TERVERIFIKASI

Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Cerpen | Mata Tangan

Diperbarui: 25 November 2017   18:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: tub.tubgit.com

Seorang perempuan tua tiba-tiba datang mendekat. Satu tangannya menengadah. Kukira dia akan meminta-minta, ternyata tidak. Dia ingin memberi sesuatu.

Aku terdiam. Kutatap sosok perempuan tua itu. Terlihat banyak bintang kecil menyelimutinya.

"Maaf, Ibu ini siapa? Datang dari mana?" tanyaku

Dia tersenyum

"Saya Ibu Aksara, berasal dari kampung kata yang kemarin  telah hancur, nak"

"Hancur? Kenapa, Bu?"

"Disana setiap orang berlomba-lomba mendirikan istana kebesaran nama mereka sendiri, tapi mereka tak mengindahkan beragam tabu para sesepuh kampung kata, hingga petaka  bandang  mengubur kampung itu. Ibu bisa selamat karena berumah di dataran nurani dan logika yang teduh. Tanahnya banyak akar kuat". 

Mendengar hal itu aku kembali terdiam, sementara tangan perempuan tua itu masih menengadah.

Tiba-tiba seperti ada kekuatan besar menyuruhku segera menerima pemberiannya, walau aku diliputi ragu. 

"Kalau dua mata ini untukku, bagaimana ibu bisa melihat?"

Dia tersenyum

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline