Seorang perempuan tua tiba-tiba datang mendekat. Satu tangannya menengadah. Kukira dia akan meminta-minta, ternyata tidak. Dia ingin memberi sesuatu.
Aku terdiam. Kutatap sosok perempuan tua itu. Terlihat banyak bintang kecil menyelimutinya.
"Maaf, Ibu ini siapa? Datang dari mana?" tanyaku
Dia tersenyum
"Saya Ibu Aksara, berasal dari kampung kata yang kemarin telah hancur, nak"
"Hancur? Kenapa, Bu?"
"Disana setiap orang berlomba-lomba mendirikan istana kebesaran nama mereka sendiri, tapi mereka tak mengindahkan beragam tabu para sesepuh kampung kata, hingga petaka bandang mengubur kampung itu. Ibu bisa selamat karena berumah di dataran nurani dan logika yang teduh. Tanahnya banyak akar kuat".
Mendengar hal itu aku kembali terdiam, sementara tangan perempuan tua itu masih menengadah.
Tiba-tiba seperti ada kekuatan besar menyuruhku segera menerima pemberiannya, walau aku diliputi ragu.
"Kalau dua mata ini untukku, bagaimana ibu bisa melihat?"
Dia tersenyum