Lihat ke Halaman Asli

Peb

TERVERIFIKASI

Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Percintaan dengan Tulisan dan Kesiapan Mental Penulis

Diperbarui: 16 September 2017   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar ; https://wongwadon.com

Banyak motif melatarbelakangi seseorang menulis artikel khususnya di media online, mulai dari motif yang bersifat "eksternal" maupun "internal". Kedua motif tersebut yang tahu secara pasti hanya si Penulis itu sendiri. 

Motif bersifat eksternal berasal dari pihak luar yang mewajibkan si penulis untuk membuat tulisan dan diposting di media online. Antara si penulis dan si pihak luar terjalin simbiosisme dari tulisan yang dihasilkan. Motif eksternal misalnya si penulis (mahasiswa) ingin dapatkan nilai dari tugas kuliah yang diwajibkan dosennya. Mahasiswa dapat nilai sementara si dosen (sudah) menjalankan satu bagian program pengajaran. Ada juga motif menulis berdasarkan "pesan sponsor" tertentu pihak lain dengan imbalan tertentu kepada si penulis. Kalau di cari masih banyak lagi motif eksternal lainnya. 

Motif internal berasal dari kesadaran diri si penulis tanpa "kewajiban" dari pihak lain. Si penulis "hanya berurusan" dengan dirinya sendiri, misalnya sebagai penuangan "kegelisahan" atas realitas timpang yang dilihat-dibaca-didengar si penulis, keinginan berbagi pikiran/ide "demi kemaslahatan" orang banyak, keinginan mengaktualisasikan atau mengangkat eksistensi diri di ruang publik, dan ada juga kepentingan ekonomi--mendapatkan honor tulisan. 

sumber gambar ; https://cdn.tmpo.co

Ikatan Emosional Penulis dengan Tulisan

Secara disadari atau tidak, antara si penulis dengan tulisannya terjalin ikatan emosional dalam tingkatan berbeda-beda tergantung motif si penulis. Ikatan tersebut "muncul" dari proses penciptaan tulisan saat si penulis mengerahkan pikiran dan perasaannya saat menulis. Proses itu "bolak-balik" antara penulis dan susunan kata dan kalimat (tulisannya) sampai tulisan tersebut dia nyatakan selesai. 

Ikatan emosional menjadi "ruang privat dan  kesan" tersendiri bagi si penulis usai menghasilkan karya tulisannya. Bukan hal aneh bila si Penulis "mencumbu" ulang tulisannya setelah selesai menulis. Tulisan itu dibacanya lagi--sambil tersenyum sendiri atau menggerutu. Susunan kalimat dan penggunaan kata dipermanis lagi (perbaiki) dan lain-lain,  demi kualitas yang dia inginkan. 

Tingkatan emosional tidak sama antar setiap penulis. Pembeda yang mencolok disebabkan oleh motif penulis. Pada motif yang bersifat eksternal, ikatan emosional tidak terlalu kuat. Setelah tulisan selesai, maka selesai juga "kewajiban"- nya atas tuntutan pihak luar, apalagi bila dia sudah mendapatkan hasilnya (nilai atau bayaran). Dia bisa tak lagi perduli tanggapan pembaca pada tulisannya. 

Motif penulis yang bersifat internal memiliki ikatan emosional yang kuat. Si penulis beranggapan tulisannya merupakan bagian dari dirinya. Dia "sulit" menjaga jarak dengan tulisannya. Si penulis juga punya tingkat rasa memiliki sangat besar terhadap tulisannya. Menulis baginya adalah bekerja dengan rasa cinta. Meminjam kutipan syair Kahlil Gibran, si penulis telah "Bekerja dengan cinta bagaikan menenun kain dengan benang yang ditarik dari jantung, seolah-olah kekasihmu  yang akan memakainya kelak. (dari puisi "Bekerja"). Heu heu heu! Jadi, adanya ikatan emosional itu seolah si penulis bercinta dengan tulisannya, 

Bagi si penulis seperti itu selesai menulis bukan berarti selesainya sebuah kewajiban karena dia merasa berkewajiban menjaga "kekasihnya"...#eeh tulisannya itu. Admin media online jangan coba-coba menggubah atau menghilangkan karya tulisan tersebut, karena bakal kena "semprot" si penulis. Kalau tidak percaya tanya saja admin Kompasiana yang "sering dan sudah kebal" kena semprot Kompasianer, heu heu heu! 

Tukang Pengganggu Tulisan

Tulisan yang sudah diposting di media online berpeluang dapat beragam tanggapan langsung para pembaca di kolom komentar. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis, apalagi bila tema tulisan sangat menarik, aktual, memuat isu sensitif, mengandung keberpihakan pada pihak tertentu, atau dianggap provokatif dan lain sebagainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline