Lihat ke Halaman Asli

Peb

TERVERIFIKASI

Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Menyelisik Orang Rumah

Diperbarui: 8 September 2017   14:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar :https://cdns.klimg.com/vemale.com/headline/650x325/2015/06/6-tipe-orang-yang-layak-diperjuangkan-jadi-pasangan-hidup.jpg

"Baik, pak...saya sih ndak masalah. Tapi nggak tau dengan orang rumah. Bapak akan saya kasi tau secepatnya". Demikian suatu penggalan pembicaraan saya dengan salah seorang staf teknis saat akan mendelegasikan survey lapangan di luar kota secara mendadak. Kejadian itu beberapa tahun lalu. Dan baru kali itu pula saya dengar istilah "Orang Rumah". Karena dia masih penganten baru dan masih tinggal di "Pondok Mertua Indah" saya pikir tentu wajar dia akan minta ijin terlebih dahulu pada mertuanya yang nota bene pemilik rumah yang dia tempati bersama istri.

Tak lama, saya pun sering dengar istilah itu di lingkup proyek saat sesama tukang bangunan bercanda. "Wah Pak Man lagi tulalit, tooh ! Pasti tadi malam ndak dikasi sama orang rumah". Waktu itu saya tidak terlalu "hirau". Namanya juga candaan. Saat itu dipikiran saya, "orang rumah" merupakan istilah bahasa lokal/daerah dan hanya di lingkup para tukang bangunan tersebut. 

Selanjutnya ada perkembangan, saya jadi tahu istilah "orang rumah" juga dipakai bukan hanya dilevel para tukang. Teman-teman dunia kampus, asosiasi dan pergaulan di daerah saya pun sering menyebut "orang rumah". Pemahaman saya pun bertambah, ternyata yang dimaksud "orang rumah" adalah istri. Mungkin karena posisi klasik istri adalah di rumah. Heu heu heu...! Dan istilah "orang rumah" hanya berlaku di daerah saya saja.

Walau demikian, kala itu saya tidak pernah menggunakan istilah "orang rumah" untuk kata ganti istri saya. Saya pun tidak akan menyebut "orang rumah" untuk istri kawan. Saya masih "aneh" saja dengan istilah "orang rumah", lagian..istri saya adalah wanita karier, bukan seharian tinggal di rumah sebagai ibu rumahtangga pada umumnya.

Namun belakangan ternyata saya salah, ternyata istilah "orang rumah" sudah berlaku secara "nasional". Hal itu saya ketahui ketika bertemu dan berbicara dengan kolega dari propinsi lain. Aaw...Aaw!  Dan saya kaget juga, ketika berbicara dengan rekan-rekan perempuan, mereka juga menyebut "orang rumah" untuk suami-suami mereka! Demikian juga si grup WA kawan kuliah, grup profesi, grup komunitas juga pakai istilah "orang rumah". Heu heu heu...! Anccoree !

Kini istilah "orang rumah" sudah tidak asing lagi. Sering dipakai dalam pergaulan di berbagai level sosial. 

sumber gambar : http://www.ummi-online.com/po-content/po-upload/Inilah-Alasan-Suami-Tidak-Boleh-Mengolok-Istri-yang-Bertubuh-Gemuk1.jpg

Orang Indonesia Kaya Istilah Baru

Kesadaran saya mungkin terlambat. Tapi kata Mukidi--penasehat spiritual saya--tidak ada kata terlambat untuk untuk sesuatu yang baru. Saya tidak tahu asal muasal "orang rumah", siapa pencetus awalnya dan siapa atau komunitas kominutas mana yang mempopulerkannya. Mungkin butuh ahli sejarah, ahli bahasa, ahli penyidik kepolisian atau KPK untuk meneliti asal muasal istilah "orang rumah" tersebut. Kalau ketemu, bolehlah diberi penghargaan di Kompasianival. Hak hak hak!

Istilah atau Frasa "orang rumah" tergolong bahasa gaul. Frasa tersebut muncul untuk memudahkan atau meringankan suasana komunikasi. Bisa jadi menyebut "pasangan hidup" dirasa terlalu "wah", dan bila menyebut "Suami" atau "istri" dalam pergaulan terlalu formil dan (mungkin) bikin "ngerii". Hahaha! 

Umumnya tuntutan pergaulan (candaan) lebih ke sesuatu yang "cair dan ringan", tanpa mengurangi rasa hormat pada "pasangan hidup". Contoh ; "Eeits, jangan salah.....nanti malam ente tidur dikasi punggung sama orang rumah, baru tau!" Candaan itu tampak lebih ringan tanpa mengurangi "respek" pada "pasangan hidup" orang yang dicandai. Coba ganti dengan Suami atau Istri, akan nampak lebih formil sehingga terasa menohok.  Atau contoh lain "Oke, saya permisi dulu, nih. Salam untuk orang rumah ya". Pemakaian istilah "Orang Rumah" jadi lebih umum dan ringan. Beda sensasinya bila pakai Istri atau Suami "Salam untuk istrimu, ya". Hadoooh...bisa-bisa si teman itu cemburu. Hak hak hak! Padahal maksudnya hanya "basa-basi" saat pamit. Dalam konteks dunia pergaualan dan candaan, istilah "Orang Rumah" bisa dimaksudkan sebagai eufimisme bahasa. 

sumber gambar : https://dinahermawanblog.files.wordpress.com/2017/04/bahasa-indonesia.jpg?w=673&h=312&crop=1

Begitulah, bahasa Indonesia akan terus berkembang dengan istilah-istilah baru yang lahir dari pergaulan sehari-hari. Jaman sekarang, dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang cepat, sebuah istilah di suatu daerah bisa menjadi milik seluruh bangsa--nasional. LAhirnya beragam istilah gaul bisa menyatukan bangsa ini yang terdiri dari beragam suku bangsa, bahasa, dan segi geografis yang terpencar dari Sabang sampai Marauke.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline