Berita penusukan terhadap seorang Ahli IT bernama Hermansyah di jalan Toll Jagorawi telah jadi berita besar di negeri ini. Hampir semua media mainstream memberitakannya dan menempatkannya di posisi Headline berita.
Tindak kriminal penusukan atau pembacokan sudah sering terjadi dan dianggap berita 'kriminal biasa'. Namun pada kasus yang menimpa Hermansyah menjadi "tidak biasa" sehingga jadi Headline di media maistream. Ada sejumlah faktor yang menjadikan kasus Hermansyah merupakan berita "besar", pertama karena dia dengan kepakarannya "membela" FPI terkait dugaan "chat mesum" Habib Rizieq. Kedua, Hermansyah "menyandang" nama besar ITB dalam kepakarannya dalam bidang Teknologi Informasi.
Artikel ini hanya akan membahas sematan ITB pada diri Hermansyah sebagai pakar Teknologi Informasi.
Ketika awal berita penusukan itu muncul di berbagai media utama baik cetak, oline dan televisi, tulisan-judul Headline yang muncul dengan inti "Pakar IT ITB Ditusuk". Tulisan tersebut menciptakan image bahwa Hermansyah adalah orang yang bekerja di ITB sebagai akademisi (dosen) atau staff peneliti di ITB. Saya pun kaget! Wah ada dosen ITB tertimpa musibah kriminal, nih! Yang bikin heboh lagi, sejumlah pentolan ormas FPI turut menjenguk. Waah, apakah dosen ITB itu berafiliasi dengan FPI? Kemudian saya mencari tahu soal posisi Hermansyah di ITB, apakah dia benar Dosen ITB khususnya di jurusan Teknik Informatika.
Jurusan Teknologi Informasi (informasika) di ITB berada dalam naungan STEI atau Sekolah Teknik Elektro dan Informatika yang merupakan gabungan departemen Teknik Elektro dan Teknik Informatika. Perlu diketahui bahwa fakultas-fakultas di ITB kini disebut "sekolah atau fakultas" yang membawahi beberapa jurusan atau program studi. Saat ini terdapat 12 fakultas dan sekolah yang ada di ITB.
Setelah mencari informasi dari berbagai sumber, seperti menanyakan ke teman-teman yang bersekolah di STEI, grup medsos khusus alumni ITB, laman Fakultas/Sekolah ITB ternyata tidak ada dosen STEI ITB yang bernama Hermansyah. Dia bukan Dosen ITB melainkan Alumni Informatika ITB tahun angkatan masuk 1989. Hal ini dipertegas lagi pernyataan bagian Kasubdit Humas dan Publikasi ITB serta Rektor ITB.
Terkait judul di Headline berita "Hermansyah Pakar IT ITB" bisa menimbulkan kerancuan yang mengesankan Hermansyah bekerja di ITB dan memanfaatkan kepakarannya dalam bidang IT atas nama ITB. Padahal kalau media mau lebih detail sedikit tinggal menambahkan kata "alumni", sehingga jelas posisi Hermansyah dengan ke-ITB-annya.
Pakar IT ITB dengan Pakar IT Alumni ITB adalah dua hal yang berbeda, terutama keterwakilan kelembagaan secara administratif dan hukum saat menjalankan tugas yang berhubungan dengan kepakaran. Kalau pakar ITB (yang bekerja sebagai pegawai tetap di ITB) maka yang bertanggung jawab adalah ITB. Sementara kalau "Pakar alumni ITB" maka yang bertanggungjawab adalah lembaga/tempat si alumni itu bekerja setelah lulus dari ITB. Terkait dengan ITB-nya, si alumni bertanggungjawab "hanya" secara moral sebagai alumni yang pernah kuliah di ITB. Lambaga ITB sendiri tidak bertanggungjawab secara lembaga terhadap si Alumni yang berkiprah di luar.
Seorang dosen atau Pakar IT ITB bisa saja merupakan alumni 3 lembaga pendidikan, misalnya S1 di ITB, S2 di Tokyo University dan S3 di MIT. Nah, si Dosen ini tidak serta merta dikatakan pakar IT Tokyo University, atau Pakar IT MIT. Dia adalah pakar IT ITB tempat dia mengabdi.
Demikian juga bagi para alumni ITB atau universitas manapun, setelah lulus dan bekerja tetap di luar kampusnya, maka si Alumni hanya terikat secara "moral" terhadap almamater, namun tidak terikat secara kelembagaan (hukum dan administratif) di almamaternya. Seorang alumni IT ITB yang bekerja di Kompas Grup bukan disebut Pakar IT ITB melainkan Pakar IT Kompas Grup. Kalau mau lengkap bawa nama ITB maka disebut Pakar IT Kompas Grup (yang) Alumni ITB.
Semoga artikel ini bermanfaat meluruskan pemahaman keliru dari berita yang sudah terlanjur besar.