Lihat ke Halaman Asli

Peb

TERVERIFIKASI

Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Menulis Artikel Tanpa Beban, Apaan Tuh?

Diperbarui: 7 Mei 2017   15:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Menulis tanpa beban? Emangnya sambil angkat barbel?
Ya, bukan itu. Tapi pun kalau bisa melakukan aktivitas menulis sambil angkat barbel tentu lebih baik lagi. Badan jadi sehat, otak pun makin waras. Heuheuheu...

Kegiatan menulis sering menjadi beban bagi sebagian orang, padahal mengaku suka membaca dan menulis, sering punya ide bagus, memiliki waktu yang cukup namun ketika ditantang untuk menulis ada saja 'halangan' yang 'diciptakan'. Persolannya ada pada diri sendiri, secara tidak sadar menganggap menulis sebagai beban, yakni sesuatu hambatan yang bersifat psikologis.

Faktor beban merupakan persoalan yang relatif besar penghambat keinginan seseorang untuk menulis. Ketika beban itu tak bisa ditangani, maka dia akan sulit memulai aktivitas menulis. Untuk itu perlu kiranya jujur pada diri sendiri dengan mengenali beban apa saja yang penghambat keinginan menulis.

Beban menulis bisa datang dari dalam dan luar diri sendiri yang kemudian mempengaruhi pikiran. Dari pikiran itu timbul ketakutan atau keraguan. Akhirnya tidak jadi menulis.

Mengenali beban dalam diri merupakan langkah pertama yang harus dilakukan. Tak perlu malu untuk mengakui adanya beban karena hal itu merupakan ranah pribadi yang tak perlu orang lain tahu. Jangan kuatir hal tersebut tidak hanya dialami kita sendiri. Setiap orang mungkin juga mengalaminya dengan model beban yang beragam. Secara umum ada beberapa faktor yang mungkin jadi beban yang menghambat dimulainya kegiatan menulis ;

Tidak Percaya Diri

Kepercayaan diri merupakan modal utama untuk memulai aktivitas menulis. Dengan kepercayaan diri maka semua faktor teknis dan non-teknis kepenulisan bisa diatasi. Sebaliknya, bila tidak punya kepercayaan diri, maka kegiatan menulis akan jadi beban tersendiri.

Timbulnya rasa tidak percaya diri bisa dari berbagai faktor, misalnya : Pertama, merasa tidak menguasai masalah atau isue tertentu walau sangat tertarik mengulasnya. Kedua, mengusai masalah tapi takut tulisan yang sudah dibuat dicemooh pembaca.

Untuk memulai menulis memang sebaiknya kita menguasai masalah yang ingin ditulis. Tidak perlu detail, namun setidaknya kita memahami dan punya gambaran umum secara menyeluruh tentang sebuah isue hangat.

Referensi bisa didapatkannya adalah dengan cara membaca banyak referensi dari berbagai sumber terpercaya terkait isue tersebut. Dari situ kemudian ambil satu sudut pandang yang kita kuasai dan bikin 'nyaman' untuk dibuat tulisan. Ini relatif lebih baik daripada ngomel-ngomel tak jelas atau sepotong-sepotong di status facebook atau twitter-kecuali status itu dimaksudkan untuk sekedar bercanda dengan teman-teman dumay.

Ketertarikan pada isuue dan ingin turut berbicara tentang isue tersebut jangan sampai hilang atau dituangkan secara tidak tepat, baik cara penyampaian gagasan maupun medianya. Dengan menuliskan sebuah isue kedalam bentuk sebuah artikel setidaknya didapatkan sebuah pandangan utuh dari sudut pandang yang didukung referensi, dasar argumentasi dan ulasaan yang runtut untuk orang lain pahami.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline