Lihat ke Halaman Asli

Peb

TERVERIFIKASI

Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Tonggak Kayu di Hamparan

Diperbarui: 26 Maret 2017   19:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber gambar : http://mycoolpix.com/files/funzug/imgs/creativity/images_great_creativity_04.jpg"][/caption]

sejak dulu tonggak kayu itu di situ | tubuh masih tampak kokoh | titik tancap tak pernah bergeser | kulit sedikit kusam didera putaran musim |

tanah sekitar kaki penuh rumput berpesta | aneka jamur nikmati kulit batang | tampaknya masing-masing ambil peran tersendiri | pemikiran luar katakqn tonggak bisa singkirkan mereka lewat tanah pendukungnya | namun tonggak bergeming|

kata orang zaman sekarang : tonggak itu bodoh | berdiam diri terkepung para pembuat rugi | rumput akan tinggi tenggelamkan dirinya | daya lapuk asam jamur pelan-pelan meruntuhkannya | namun tonggak tak kecil nyali |

pagi hari burung hinggap di puncak tonggak | mereka bicara akrab | ternyata keduanya teman lama | bau dan kerak lumuran kotoran di batang petanda persahabatan panjang |

sering orang dewasa lewat | sejenak berhenti | memandang rupa tonggak penuh simak | kemudian balik badan dan pergi | tonggak pun tersenyum puas |

tadi rombongan anak muda dandanan masa kini mendekat | satu orang kemudian memegang leher tonggak | tenaganya penuh | urat leher menonjol dan mata melotot |

anak muda berusaha keras teriring sorak dan tawa para teman | tonggak bertahan sambil teriak pada tanah | keduanya lalu bahu membahu melawan tarikan tenaga muda | mendadak riuh terhenti, satu tangan si muda terluka | terdengar tonggak berkata lirih : "jangan cabut, nak...nanti bisa membuat banyak orang tersesat, aku adalah pedoman di hamparan luas ini !"

------

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline