[caption caption="sumber gambar : http://mycoolpix.com/files/funzug/imgs/creativity/images_great_creativity_04.jpg"][/caption]
sejak dulu tonggak kayu itu di situ | tubuh masih tampak kokoh | titik tancap tak pernah bergeser | kulit sedikit kusam didera putaran musim |
tanah sekitar kaki penuh rumput berpesta | aneka jamur nikmati kulit batang | tampaknya masing-masing ambil peran tersendiri | pemikiran luar katakqn tonggak bisa singkirkan mereka lewat tanah pendukungnya | namun tonggak bergeming|
kata orang zaman sekarang : tonggak itu bodoh | berdiam diri terkepung para pembuat rugi | rumput akan tinggi tenggelamkan dirinya | daya lapuk asam jamur pelan-pelan meruntuhkannya | namun tonggak tak kecil nyali |
pagi hari burung hinggap di puncak tonggak | mereka bicara akrab | ternyata keduanya teman lama | bau dan kerak lumuran kotoran di batang petanda persahabatan panjang |
sering orang dewasa lewat | sejenak berhenti | memandang rupa tonggak penuh simak | kemudian balik badan dan pergi | tonggak pun tersenyum puas |
tadi rombongan anak muda dandanan masa kini mendekat | satu orang kemudian memegang leher tonggak | tenaganya penuh | urat leher menonjol dan mata melotot |
anak muda berusaha keras teriring sorak dan tawa para teman | tonggak bertahan sambil teriak pada tanah | keduanya lalu bahu membahu melawan tarikan tenaga muda | mendadak riuh terhenti, satu tangan si muda terluka | terdengar tonggak berkata lirih : "jangan cabut, nak...nanti bisa membuat banyak orang tersesat, aku adalah pedoman di hamparan luas ini !"
------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H