Lihat ke Halaman Asli

Peb

TERVERIFIKASI

Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Haruskah Merasa Malu karena Setiap Hari Menulis?

Diperbarui: 13 September 2016   12:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi II sumber gambar ; http://cdn0-a.production.liputan6.static6.com/medias/767578/big/049691300_1416230000-shy-guys-and-dating1.jpg"][/caption]

"Tulisan ente tiap hari muncul di Kompasiana, apa tidak malu? Pembaca dan admin bisa bosan. Dan ente dikira nggak punya kerjaan."

Hadeuuh...kalau dipikir-pikir ada benarnya juga ya?

Pertanyaan diatas hanya karangan semata. Bila ada kesamaan peristiwa dan tempat hanyalah kebetulan belaka.Tak perlu tersinggung, malu atau marah. Persoalan itu ini bisa kita selesaikan di bawah tangan...ehh tangan di bawah.

"Bagaimana menyelesaikan dengan tangan dibawah?"

Ya,dengan cara menulis, dong...heuheu.!

"Kok Menulis lagi, kan bisa bikin bosan dan malu bertambah!" Naah, Itu! 

----

Kegiatan menulis adalah hubungan pribadi penulis dengan pikirannya. Hubungan ini bersifat privat dan 'sakral'. Hanya si penulis dan pikirannya yang tahu kenapa sebuah tulisan dihasilkan. Sejauh itu positif bagi si Penulis dan pikirannya, maka pihak lain tidak perlu ikut campur. Pembaca atau bukan pembaca tidak berhak memberi stigma negatif terhadap relasi (kegiatan) si Penulis dengan pikirannya.

Setiap orang memiliki kebutuhan bathiniah atau 'spiritual' dalam bentuk yang berbeda satu sama lain. Penuangan pikiran, apa pun yang dipikirkan, merupakan sebuah upaya pemenuhan kebutuhan batin itu. Dengan menulis, penuangan pikiran menjadi sebuah bentuk yang nyata.

Bila setiap hari selalu ada saja yang perlu dituangkan dalam bentuk tulisan maka bukan hal mustahil setiap hari pula terjadi relasi privat dan 'sakral' antara si Penulis dengan pikirannya. Kita tidak bisa menebak secara pasti penyebab tingginya intensitas relasi seseorang (Penulis) dengan pikirannya tersebut. Sejumlah faktor umum bisa menjadi sebab, seperti derasnya informasi masuk ke pikiran si Penulis lewat media tulis-bacaan, berita, media tontonan, atau pengamatan sekeliling dan lain sebagainya. Selain itu ada yang karena motif-motif pribadi berkaitan dengan pencarian sesuatu yang hakiki. Apapun itu, secara pasti hanya si Penulis lah yang tahu penyebabnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline