Lihat ke Halaman Asli

Peb

TERVERIFIKASI

Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Misteri Imajinasi Pancasila

Diperbarui: 1 Juni 2016   19:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber Gambar : http://2.bp.blogspot.com/-ODfqrdiZPP8/UAoqVC9duxI/AAAAAAAAABU/i0-2TfBeHjM/s1600/Riery-garuda.gif"][/caption]

Kata sejarah, mereka adalah para pemimpi besar. Mereka ciptakan dari imajinasi satu sosok burung pembawa makna. Sosok itu menjadi moda anak negeri menuju masa depan. 

Imajinasi itu adalah misteri. Dibangun dari mata hati dan benak yang melangkahi jamannya. Meniti beribu pulau. Menghirup hijau hutan belantara. Mengarungi lautan luas. Melabuhi setiap lekuk bibir pantai. Menyapa ragam corak penghuninya. Menjaring nilai-nilai. Kemudian dileburkannya jadi satu bingkai indah dan kokoh penuh makna. Dititipkannya tanda pengingat pada satu bentuk burung yang gagah.

Awalnya aku heran.

Mata pemimpi itu sama denganku. Tapi tatapannya berbeda.

Warna benak pemimpi itu sama denganku. Tapi terangnya berbeda.

Bentuk hati pemimpi itu sama denganku. Tapi kedalaman ruangnya berbeda.

Entah terbuat dari apa mata hati dan benak mereka.

Apakah Tuhan telah bertindak tak adil, hanya bermurah hati membesarkan milik mereka?

Kenapa mata hati dan benak kami tak sama dengan para pemimpi itu ?

Aku takjub. Kini imaginasi itu jadi nyata. Membentuk tempat bagi keberbedaan saling berpegangan tangan. Menjadi ruang pernyataan diri sebagai satu anak negeri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline