Lihat ke Halaman Asli

Peb

TERVERIFIKASI

Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Sampaikan Testimoniku pada Mimpi

Diperbarui: 16 Mei 2016   23:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: fastcompany.com

Kepada mimpi telah kukatakan.
Jangan lagi datang kalau hanya membawa duka.
Aku bukan manusia kuat berbaju airmata.

Tapi mimpi tak pernah mau perduli.
Dia datang bagai pencuri malam hari.
Sesekali kala matahari meninggi.

Dia hadir tepat di depan mata. Masuk ke dalam benak, kemudian memporak-porandakannya.
Selalu awalnya indah. Tapi di detak waktu kesekian tampaklah gigi tajamnya. Mata menyeringai. Ada bau anyir di sekujur tubuhnya.

Aku coba berlari. Tapi mimpi mencengkeram tubuhku. Aku berteriak. Percuma. Karena ruang adalah miliknya.

Oleh mimpi, hari-hariku penuh luka. Dibuatnya aku jadi manusia lemah. Tak bisa membeda hitam atau putih. Setiap tatapan mata menjadi hakim. Hingaa aku bagai berjalan ke penjara.

Kini telah kututp semua pintu dan jendela tidurku. Telah kupasang penjaga di setiap sudut. Agar mimpi tak lagi masuk.

Bila kau bertemu mimpi katakan padanya. Jangan lagi datang padaku. Aku janji akan memberimu hadiah. Sebuah paket kenyataan. Berisi kehidupan berwarna bahagia.

Katakan pada mimpi. Aku tak membencinya. Karena dulu dia pernah memberiku keindahan kala muda asmara. Sudah cukuplah waktuku untuknya.

Tapi kini kalau mimpi masih keras kepala datang padaku. Jangan salahkan bila kulaporkan pada Tuhan.

------

Pebrianov16/05/2016




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline