Lihat ke Halaman Asli

Peb

TERVERIFIKASI

Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Ibu Senja Bagi Kehidupan Siang dan Malam

Diperbarui: 5 Mei 2016   00:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi Senja II sumber gambar : https://versanfebriana.files.wordpress.com/2013/03/perempuan-menanti-senja.jpg"][/caption]

Selesai sudah mentari berkarya. Turun dia dari tangga cakrawala. Diberikannya langit pada Senja.

Sebenarnya Senja bukanlah pemilik mahligai. Dia diciptakan sebagai Ibu asuh bagi durasi jagat.
Dia tidak melahirkan siang atau malam, namun ditanganya keduanya bisa berpeluk dalam damai.

Senja tak bosan mendengar keluh-kesah siang, sembari disiapkannya malam yang akan berkarya.
Selalu begitu.

Dimandikannya siang menjadi segar dan rapi. Diasupnya saripati nirwana di meja santap bersama. Di situ siang dan malam berbagi cerita dalam rangkaian kasih senja.
Selalu begitu

Disiapkannya pakaian bagi malam agar tampah gagah dan selalu bersemangat. Diselipkannya bekal Jelaga dikantong malam. Agar malam selalu ingat akan kodratnya.
Selalu begitu

Oleh senja, malam berkaca pada siang sebelum beranjak ke peraduan. Sementara malam menyiapkan catatan jelaga agar siang esok menyadari terang.
Selalu begitu.

Dimana pagi?
Pagi tak pernah sempat memeluk mereka. Tak pernah mendengarkan keluh kesah merek.
Dia terlalu sibuk menyongsong derap dan deru. Selalu diburu putaran jarum waktu. Dikantongnya penuh dengan ambisi.
Tentang masa depan.
Tentang harga diri.

Dia selalu bicara sendiri tentang hidup, tapi bukan kehidupan.

Dia selalu berteriak tentang kesetaraan, tapi bukan keadilan.

Dia selalu bercerita tentang cinta, tapi bukan kasih sayang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline