Lihat ke Halaman Asli

Peb

TERVERIFIKASI

Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Cinta yang Membohongi Kematian

Diperbarui: 24 April 2016   22:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi Kematian"][/caption]Pernahkah kau coba bicara dengan waktu untuk menunda kematianmu ?

Tidak! Menunda atau tidak, kematian pun tetap akan datang.

Aku diam. Wajahnya kutatap penuh harap. Aku tak percaya ada kematian di situ. Justru kulihat sebuah ruang maha luas tentang kehidupan. Lalu kenapa kematian dia agungkan?

Aku paham semua tentang dirinya, perempuan dari masa lalu. Dia memang keras kepala. Tapi tak pernah membuat kecantikannya berkurang.

Baru kali ini aku kehilangan kata. Kucari di pori-pori wajahnya. Namun hanya ada harum bunga malam. Apakah itu sebuah jawaban?

Aku tak percaya pada kematian. Bagiku kematian hanya ucapan orang-orang putus asa yang hanya ingin membungkam rasa cinta.

Tadinya kupikir inilah saat yang tepat membuka matanya. Dia tidak mati. Dia harus tahu itu. Namun entah kenapa aku jadi ragu.

Tiba-tiba tubuhnya seolah bergerak. Tercipta senyuman di bibirnya. Aku sungguh bahagia. Kebenaran ada padaku.

Sayup-sayup terdengan suara lekat di telingaku ;

Kenapa kau menatapku?
"Aku sedang berbicara".
Kau bicara apa? Aku tak mendengarmu.
"Aku sedang bicara dengan pori-porimu."
Percuma kau tanya lagi. Jawaban tetap sama. Tak satu kata pun berubah. Sia-sialah kau datang hanya untuk itu. Pergilah, jangan kau bunuh waktu di kematianku.

Aku jadi terdiam. Kudengar suara ketua umat berseru ; "Acara ibadah tutup peti akan dimulai. Silahkan menempati tempat duduk yang telah disediakan."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline