Lihat ke Halaman Asli

Peb

TERVERIFIKASI

Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Puisi | Hujan Tak Sampai di Pot Bunga

Diperbarui: 24 April 2016   02:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi Hujan"][/caption]Hujan turun tiba-tiba. Tak seperti biasa sebelum datang memberi kabar lewat angin dan suara langit. Tapi kali ini tidak satupun diutusnya.

Entah apa yang ada di benak hujan saat melakukannya.
Apakah sedang marah pada awan?
Apakah ia nyaman melakukannya?

Ia tak perduli tanah yang cemberut karena tak sempat memanggil kodok.

Ia tak mau tahu daun-daun akan tergopoh-gopoh menutup pori-porinya.

Ia tak hiraukan hiruk pikuk banyak orang mencari tempat berteduh.

Hujan terus berlari dan berteriak memasuki setiap celah yang dia inginkan. Padahal tak semua tempat dikenalnya.

Tak pernah kulihat hujan seperti itu.
Bagai banteng kedaton dilabraknya tanggul-tanggul, tebing, tunggul dan batu penghalang. Menyelip diantar jepitan. Membasah segenap bentuk didepan.

Apakah hujan sedang marah pada awan?
Apakah hujan nyaman melakukannya?

Tak ada yang tahu.

Aku tertegun di teras luar bukit gading. Tanpa satu aksara pun. Tapi aku ingin bicara padanya tentang kumpulan bunga bangkai yang pucat dan tergugup, bersembunyi pada pot bunga di dalam rumah tuan besar.

-----

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline